Archive for 08/23/13

Jumat, 23 Agustus 2013
by : ananda saraswati
silakan lihat disini :-)


Dalam serangkaian acara OSKM ITB 2013, diadakan seminar pada tanggal 23 Agustus 2013. Seminar ini mengundang beberapa pembicara. Salah satu pembicara adalah Menteri Perdagangan Indonesia, yaitu Bapak Gita Wiryawan sebagai pembicara pertama. Bapak Gita Wiryawan juga menjabat sebagai Ketua PBSI saat ini.
Beliau sedikit mengulik mengenai hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus yang lalu. Menurut beliau, kemerdekaan bangsa Indonesia juga merupakan kemerdekaan kita. Menteri Perdagangan Indonesia ini membicarakan perekonomian Indonesia. Indonesia sendiri memiliki tingkat perekomian dengan urutan ke-15 di dunia.
Bapak Gita Wiryawan mengungkapkan bahwa Indonesia akan lebih bersinar jika memiliki kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya, dan kemajuan ekonomi. Kita sebagai rakyat Indonesia seharusnya mengisi konsumsi dalam negeri. Hal itu merupakan pembelajaran dalam berbudaya bangga berbangsa yang berkaitan dengan nasionalisme. Nasionalisme membutuhkan pribadi yang kreatif, terampil, dan “melek” teknologi dalam menjunjung tinggi kearifan lokal.
Selain Pak Menteri, seminar OSKM 2013 juga mengundang perwakilan dari organisasi WANADRI, yaitu Indra Hidayat dan Ilham Fauzi. Wanadri adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, penjelajahan, dan perlindungan alam. Wanadri menitikberatkan pada keindahan alam dan segala kekayaan yang terdapat di Indonesia ini. Namun, Indonesia memiliki kendala dalam perkembangannya. Beberapa kendala itu adalah intervensi budaya dan bencana.
Setelah materi dari Wanadri terdapat materi yang disampaikan oleh Ibu Tri Mumpuni dengan judul “Integritas dan Kompetensi Alumni ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa.” Dalam mencapai kesejahteraan dibutuhkan pengetahuan dan perasaan/empati. Saat ini banyak orang pintar yang justru berupaya untuk mencari uang semata tanpa memikirkan bangsa mereka. Maka dari itu dibutuhkan social enterpreneur yang bermakna ekonomi yang manusiawi. Peran kita adalah perbaikan visi pembangunan dengan mengubah paradigma-paradigma yang selama ini hanya mementingkan keuntungan semata.
Pembicara selanjutnya adalah Pak Sasca yang merupakan pendiri Riset Indie. Riset Indie termasuk dalam kolektif penelitian teknologi, social, ekonomi, dan media yang meng-inkubasi ide usaha. Riset Indie telah melakukan beberapa penelitian, seperti Polaroid (kamera analog dan instan) dan Alinea (animatronik). Saat ini Pak Sasca dalam Riset Indie-nya sedang merencanakan “Angkot Day” tanggal 20 September 2013 sebagai penelitian sosial yang hasilnya akan diajukan pada Pemerintah Kota Bandung untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Oleh : Farah Dita Wibawanti

Resume Seminar OSKM 2013

Posted by Pengguna android

Kolaborasi dan Aspeknya

Posted by 91oskm2013



Banyak sekali penggunaan kata “kolaborasi” sehari-hari. Hampir setiap hari kita bisa menemukannya di media cetak maupun di media elektronik.Untuk membuat sebuah mobil,  produsen harus berkolaborasi dengan sebaik-baiknya dengan para supplier. Bahkan, banyak supplier yang dituntut harus bisa melakukan value engineering  dalam arti bisa melakukan desain terbatas sesuai dengan permintaan produsen.


Dalam kehidupan sosial kolaborasi dapat diartikan sama dengan team building, yaitu upaya pencapaian untuk mendapatkan tujuan, memecahkan masalah, menciptakan sesuatu, dan menemukan sesuatu dalam sebuah hambatan. Namun, terkadang tidak mudah apabila kita ingin berkolaborasi karena kita dapat menemui beberapa hambatan seperti keahlian, waktu, biaya, kompetisi, dan kearifan konvensional ( Schrage, 1995 : 29).

Kemarin. seluruh mahasiswa baru angkatan 2013 dapat menerapkan konsep kolaborasi ini dalam sebuah proyek besar, yaitu membuat tulisan #untukindonesia di SARAGA. Setiap kelompok mewakilkan seorang anggotanya untuk menjadi penanggung jawab dan mengatur posisi.


Oleh : Nobi Nublatul Hafilah (16113101)

 

Kolaborasi

Posted by 91oskm2013
Kemahasiswaan ITB berwal pada 2 september 1920 ketika sebuah organisasi bernama Bandungse Student Corps (BSC ) berdiri. Namun, karena krang mewakili aspirasi mahasiswa pribumi dan mahasiswa Cina, maka mahasiswa pribumi dan Cina membentuk organisasi baru bernama Indische Studenten Vereneging (ISV), walaupun pada akhirnya mahasiswa Cina memisahkan diri dan membentuk organisasi sendiri. Kemudian, mahasiswa Indonesia ini turut andil dalam membangkitka kesadaran bangsa Indonesia untuk merdeka.
Beberapa bulan sebelum kemerdekaan, tepatnya pada 13 april 1945 lahirlah Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Bandung (SMFTB). Ketika itu ITB yang kita kenL SEKARANG MASIH BERNAMA Institute of Tropical Science-Kogyo Daigaku. Barulah setelah 15 tahun kemerdekaan, kemahasiswaan terpusat ITB dibentuk menjadi Dewan Mahasiswa ITB sebagai badan eksekutif mahasiswa. Kemahasiswaan ITB pun semakin aktif terbukti dai kintribusa mahasiswa ITB dalam rangka mendukung usaha pembebasan Iria Barat, aksi tritura dan aksi anti PKI.
Pada tahun 1966, dibentuk Keluarga mahasiswa ITB sebagai kemahasiswaan terpusat di ITB menggantikan Dewan Mahasiswa yang semua kegiatannya dikonsentrasikan untuk menegakkan stebilitas nasional. Hal ini disertai denga pembentukan badan legislative dan organisasi ekstra umum
Kemahasiswaan ITB kembali memanas ketika terjadi konfrontasi dengan ABRI yang terbunuhnya seorang mahasiswa ITB Rene L. Conrad, gerakan anti lapar pada tahun 1971 dalam rangka memprotes penanganan BULOG, dikeluarkannya petisi 5 Oktober yang memprotes pelaksanaan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan pengangguran, lalu puncaknya adalah peristiwa Malari.
Dipelopori oleh Herry Achmadi dkk, pada tahun 1978, diperkenalkanlah sebuah konsep mendasar tentang pengentasan rakyat Indonesia dari segala bentuk pembodohan dalam rezim Soeharto dengan mengajarkan demokrasi pemilihan langsung ketua DEMA ITB. Sebuah gersksn ysng kemudian dikenal dengan Geraka Anti Kebodohaan (GAP). Tidak hanya itu, mereka kemudian menerbitkan “Buku Putih Perjuangan Mahasiswa Indonesia” dan aksi klimaks yang mengeluarkan pernyataan sikap yang diwujudka dalam spanduk besar bertuliskan “ Tidak Mempercayai Lagi Soeharto Sebagi Calon Presiden” yang berdampak didudukinya kampus ITB oleh militer selama 6 bulan dan hanya mahasiswa baru angkatan 1978 saja yang boleh berkuliah. Peristiwa ini lalu berlanjut dengan dikeluarkannya NKK/BKK dan pembubaran DEMA. Pada masa ini, kegiatan kemahasiswaan ITB dikembalikan kepada himpunan mahasiswa masing-masing.
Karena kebutuhan mahasiswa akan kemahasiswaan terpusat, maka pada 20 januari 1966 berdirilah KM-ITB dari hasil muker Ciwidey yang melibatkan elemen-elemen kampus. Kemahasiswaan ITB kembali berkontribusi dalam menumbangkan orde baru pada tahun 1998, dan banyak kegiatan kemahasiswaan lainnya hingga sekarang KM-ITB masih berdiri dengan Zulkaida Akbar sebagai ketua cabinet KM-ITB peiode 2007/2008

Sejarah Kemahasiswaan ITB SubKelompok 2

Posted by Pengguna android
Resume Seminar OSKM ITB
Oleh: Tubagus Samudra Cahaya, 19813063

Pada Jumat pagi 23 Agustus 2013 mahasiswa baru ITB mendapatkan kesempatan yang sangat unik, yaitu mengikuti sebuah seminar dengan beberapa narasumber-narasumber yang sangat menarik.

Narasumber pertama adalah Gita Wirjawan. Beliau merupakan menteri perdagan RI. Beliau jg memiliki posisi sebagai ketua PBSI. Beliau membahas tentang beberrapa hal, diantaranya tentang kesuksesan tim bulu tangkis Indonesia dalam turnamen kejuaraan dunia dimana tim Indonesia tersebut berhasil meraih dua peringkat satu. Beliau jg membahas tentang keadaan ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia pada saat ini. Beliau memberi informasi bahwa Indonesia menempati urutan ke lima belas dalam pertumbuhan ekonomi dunia. Indonesia mengalami sekitar pertumbuhan ekonomi sekitar 6-7%.

Narasumber kedua adalah Ilham Fauzi dari lembaga Wanadri. Kelompok Wanadri tersebut telah berhasil dalam ekspedisi nya yang bernama Seven Summits diman mereka menaiki tujuh puncak tertinggi di dunia. Beliau menceritakan tentang keunikan alam yang dimiliki oleh negara Indonesia, dari lautan yang luas sampai gunung merapi yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Narasumber ketiga adalah Tri Mumpuni, seorang aktivis yang telah berhasil untuk menyediakan tenaga listrik untuk daerah-daerah terpencil yang tersebar di seluruh Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa integritas sangat dibutuhkan untuk kemandirian dan kesejahteraan bangsa kita.

Narasumbar terakhir bernama Kak Saska. Beliau merupakan alumnus ITB yang telah berhasil mendirikan sebuah lembaga riset yaitu Riset Indie. Beliau meriset ide-ide yang bakal menjadi ide usaha yang bagus.
Posted by Pengguna android

Materi ini bagus sekali untuk menumbuhkan rasa kerja sama, dalam artian kerja sama di hal positif saja dan bukan negatif. Dalam hal ini kerja sama yang mana sama-sama ingin mencapai tujuan yang sama, ini disebut dengan Team Building. Untuk mencapai sutu tujuan, orang bilang kita harus mengalahkan banyak saingan namun bisa juga dengan melakukan kolaborasi.

Kolaborasi sendiri sangat penting dalam setiap pergerakkan yang ada. Karena pergerakkan merupakan awal dari suatu perubahan, tanpa adanya kolaborasi maka perubahan ini tidak akan berjalan dengan baik.

Dalam suatu kolaborasi, otomatis tidak akan selamanya berjalan dengan mulus, di dalamnya juga pasti ada yang namanya konflik. Konflik adalah perselisihan antara dua orang atau lebih yang mana keduanya sama-sama saling ingin menghalangi untuk mencapai tujuan. Maka dari itu diperlukan manajemen konflik, yaitu upaya untuk mengatasi konflik tersebut.

Tujuan Kolaborasi sendiri antara lain :
1. memecahkan masalah
2. menciptakan sesuatu
3. menemukan sesuatu di dalam sejumlah hambatan

loh, apa itu hambatannya:
1. waktu
2. keahlian
3. biaya
4. kompetisi
5. kearifan konvensional.

Mengelola Konflik
Menurut Pondy,(dalam Luthans 382-383), dia menemukan 3 cara:
1. Bargaining Approach
2. Bureaucratic Approach
3. System Approach

1. Bargaining Approach
     Kelompok kepentingan yang berkompetisi berdasarkan keterbatasan Sumber daya.
     Solusi : Meratakan Sumber daya

2. Bureauratic Approach
     Konflik terjadi apabila atasan ingin mengendalikan bawahan, tapi mereka menolak untuk memenuhinya.
     Solusi : mengganti aturan

3. System Approach
    


Apabila pendekatan tawar- menawar dan pendekatan birokratis
gagal menyelesaikan konflik, maka pendekatan sistem berisi
koordinasi berbagai masalah. Pendekatan ini merujuk pada
hubungan horisontal dan kesamping diantara fungsi-fungsi.
Ada dua strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi
konflik yakni :
1) mengurangi perbedaan terhadap tujuan dengan mengubah
insentif, atau melakukan seleksi yang sesuai;
2) mengurangi saling ketergantungan fungsional dengan
mengurangi ketergantungan pada penggunaan sumberdaya
bersama-sama, dengan mengurangi tekanan untuk
konsensus.

Dimas Muhammad Nur
16013091

Kolaborasi

Posted by Pengguna android
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti "(perbuatan) bekerja sama (dengan musuh, dsb)". Kolaborasi sama artinya dengan bekerja sama atau dalam bahasa inggrisnya to cooperate. Sebuah peradaban dalam membangun sesuatu, terutama sesuatu yang besar pasti dilakukan dengan bekerja sama. Menurut saya, baik sedari di SMP, SMA, sampai kuliah, kita sebagai pelajar pasti diajarkan untuk bekerja sama. Karena bekerja sama atau kalau dulu sering juga di bilang gotong royong, merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Dengan bekerja sama dan ber gotong royong, sekelompok orang dapat mencapai sesuatu yang besar. Para pejuang Indonesia tentunya tidak sendiri dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang bersama-sama dan dengan saling berpegangan tangan mengantar Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Sama seperti halnya pada saat Raja Leonidas membawa 299 prajuritnya untuk melawan tentara Persia. Dia tidak bisa melakukannya sendiri. Maka dari itu kolaborasi bukan hanya sifat dari bangsa Indonesia saja. Tapi memang berkolaborasi dan bekerja sama itu sudah merupakan ciri khas peradaban manusia.

Kolaborasi atau collaboration adalah upaya atau usaha untuk mencapai suatu tujuan. It is a purposive relationship. Makanya sebuah kolaborasi tidak hanya di lakukan dengan dua pihak yang berteman saja, tetapi dua pihak yang berlawanan namun memiliki satu tujuan juga bisa berkolaborasi. Ada beberapa faktor penghambar kolaborasi, antara lain : Keahlian, Waktu, Biaya, Kompetisi, dan Kearifan Konfensional. Pondy (dalam Luthans, 1983 : 382-383) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk mengelola konflik keorganisasian, yaitu :
  1. Bargaining Approach : Pengelolaan konflik model ini merujuk pada kelompok
    kepentingan yang berkompetisi karena keterbatasan sumber
    daya. Strategi untuk mengatasi konflik adalah dengan membagi
    secara merata kesempatan memperoleh sumberdaya atau
    mengurangi keinginan untuk mendapatkan sumberdaya.
  2. Bureaucratic Approach : dimana model ini merujuk pada hubungan kewenangan secara vertikal dalam suatu hierarki. Konflik akan terjadi apabila atasan ingin memiliki kekuasaan terhadap bawahan, namun bawahannya menolak. Untuk memecahkan masalah ini, perlu diadakannya perubahan terhadap aturan-aturan birokratis yang bersifa impersonal untuk pengendalian personal.
  3. Systems Approach : Apabila kedua pendekatan diatas sudah gagal dalam mengatasi suatu konflik, maka pendekatan ketiga ini lah yang di gunakan. Pendekatan ini merujuk pada hubungan horisontal dan kesamping antara fungsi-fungsi yang berkesinambungan. Yang menjadi salah satu strateginya adalah dengan cara mengurangi perbedaan terhadap tujuan dengan mengubah insentif, atau melakukan seleksi yang sesuai. Juga dengan mengurangi ketergantungan fungsional dengan mengurang ketergantungan pada penggunaan sumber daya bersama-sama.
Ditulis oleh
Errandyno Rumengan
16313006

Kolaborasi

Posted by 91oskm2013


Ketika kita membicarakan kolaborasi kita akan membicarakan tentang team building. Apa itu team building? Team building adalah ide dasar dimana setiap individu pada sebuah kelompok mampu bekerjasama untuk meraih tujuan bersama.  Ketika kita memulai pergerakan maka kita akan memulai suatu kolaborasi. Setiap kolaborasi tentunya memiliki konflik untuk itu diperlukan lah managemen konflik. Managemen konflik ialah upaya untuk mengatur pergesekan yang terjadi antar anggota kelompok agar pergesekan tersebut tidak berdampak merugikan bagi anggota yang lain atau kelompok secara keseluruhan dan dapat diselesaikan.  Dengan adanya managemen konflik diharapkan dapat mencegah konflik dalam kelompok ataupun mengurangi dampak buruk jika terjadi konflik.  Kolaborasi diperlukan ketika kita ingin mencapai suatu tujuan yang sama. Setiap hal mempunya tujuan bukan? Begitu pula dengan kolaborasi. Kolaborasi mempunya 3 tujuan, yaitu:
1.      Memecahkan masalah
2.      Menciptakan sesuatu
3.      Menemukan sesuatu didalam sejumlah hambatan

Namun kolaborasi juga memiliki hambatan yaitu :
- keahlian;
- waktu;
- biaya;
- kompetisi;
- kearifan konvensional( Schrage, 1995 : 29).

Nah sekarang saya mau share mengenai cara mengelola konflik keorganisasian. Pondy mengungkapkan ada 3 konsep utuk mengelola konflik keorganisasian yaitu :
1.     
 Bargaining approach
Pada pendekatan kali ini lebih diutamakan dalam pembagian sumber daya yang seimbang antara anggota kelompok.
2.      Bureaucratic approach
Pendekatan ini mengedepankan aspek birokratis dimana konflik biasanya terjadi dalam hubungan vertical. Oleh karena itu perlu dibuat aturan yang jelas yang mengatur masalah ini.
3.      System approach
Pendekatan ini apabila telah dipakai apabila pendekatan birokratis gagal nyelesaikan permasalahan. Ada 2 strategi yaitu:
·         Mengurangi perbedaan terhadap tujuan dengan mengubah insentif, atau melakukan seleksi yg sesuai.
·         mengurangi saling ketergantungan fungsional dengan
mengurangi ketergantungan pada penggunaan sumberdaya
bersama-sama, dengan mengurangi tekanan untuk
consensus.
 Demikian lah ringkasan sy mengenai kolaborasi. See you on next post
Hari ini kami, mahasiswa baru, dibekali beberapa seminar yang bermanfaat dari narasumber yang kompeten di Sabuga. Berikut ringkasannya:

1. Meningkatkan Perekonomian Indonesia dengan Merawat Kearifan Lokal
oleh : Gita Wirjawan (Mentri Perdagangan Indonesia)
Perekonomian Indonesia menempati urutan ke-15, untuk mengembangkannya Indonesia butuh pemimpin muda yang menjaga kearifan lokal, yaitu pemuda yang proaktif terhadap kemajuan teknologi, kesinambungan demokrasi, budaya, dan ekonomi. Indonesia sedang melalui masa transformasi,, dengan tantangan meningkatkan 60%  produktifitasnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.
Kesenjangan ekonomi di Indonesia semakin meningkat, ntuk itu kita perlu meanamkan modal dan industrilisasi di luar Pulau Jawa karena hanya 40% investasi terjadi di luar Jawa.
Kesimpulannya Indonesia perlu pemimpin yang kreatif, terampil, melek teknologi, dan berbudaya.

2. Cinta Indonesia
oleh : Wanadri
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya, dengan kultur budaya yang menyebar di setiap penjuru (batak, jawa, betawi, sunda, dll.). Namun, berbagai permasalahan pun muncul, seperti intervensi budaya, bencana, rawannya wilayah perbatasan, hingga kecenderungan masyarakat Insonesia yang masih berorientasi pada daraatan, padahl Indonesia adalah negara kelautan. Untuk mengenal Indonesia, kita harus sadar diri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan.

3. Integritas dan Kompetensi Pemuda Alumni ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa
oleh: Bu Tri Mumpuni
Manusia memiliki dua aspek yaitu pengetahun (logika) dan perasaan (empati), kedua aspek ini harus berjalan secara berkesinambungan dan seimbang untuk menghasilkan manusia yang dapat membaca Indonesia dengan baik.
Jika dipandang dari segi umum, saat ini ekonomi berfungsi untuk membuat keadaan seimbang antara invetasi dan konsumsi untuk bertumbuh, makin tinggi pertumbuhan maka makin tinggi pula perkembangan, tanpa peduli kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan. Solusinya adalah kewirausahaan sosial, yaitu setiap orang melakukan apa yang disukai sebaik-baiknya dengan didasari hati dan empati sehingga menghasilkan hasil yang baik.
Dari gambaran tersebut ditarik kesimpulan bahwa peran kita adalah
- perbaikan visi pembangunan, dengan memberi akses ke setiap orang
- perubahan paradigma investasi, dari sistem yang mementingkan pemilik modal dan industri menjadi sistem pemanfaatan SDA untuk kepentingan lokal

4. Riset Indie
oleh : Saska
Riset Indie adalah sebuah komunitas penyalur aktifitas yang melakukan kolektif penelitian di berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, dan budaya dengan memilih topik yang dianggap seru dan menarik menjadi sebuah ide usaha. Daalm bekerja, riset indie melakukan riset dan menciptakan inovasi dengan menggabungkan berbagai bidang keilmuan dalam setiap proyeknya. Beberapa proyek Riset Indie diantaranya Polaroid, Alinea (animatronic), dan Angkot Day.

Oleh Nobi Nublatul Hafilah (16113101)

Seminar OSKM ITB 2013

Posted by 91oskm2013

Sejarah dan Timeline Kemahasiswaan ITB

Era Kolonial Belanda dan Jepang
Terbentuk organisasi kemahasiswaan tertua di Bandung yaitu Bandoeng Studenten Corps (BSC). Pada masa ini, mahasiswa pribumi yang bersekolah di Technische Hoogeshcule te Bandoeng (TH Bandoeng) sudah merasakan perbedaan budaya dengan teman2nya yang berasal dari Belanda dan mahasiswa2 pribumi ini kemudian membentuk perkumpulan sendiri yaitu Indonesische Student Vereniging (ISV) yang terpisah dari organisasi mahasiswa resmi saat itu yang didominasi oleh tuan-tuan Belanda. Perkumpulan ini menyelenggarakan diskusi-diskusi mengenai ilmu teknik, politik, mengadakan kegiatan olahraga, bermain catur dan tak ketinggalan berdarmawisata.
Soekarno (presiden RI pertama) terdaftar sebagai mahasiswa mulai tahun 1921, tapi dua bulan kemudian meninggalkan kuliah untuk bersatu dalam perjuangan bangsanya. Baru tahun 1922 ia mendaftar kembali dan lulus tahun 1926.
TH Bandoeng sempat berganti nama di era kolonial Jepang menjadi Institute Of Tropical Sciences (1942) dan Bandung Kogyo Daigaku (1944)
Era Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, Bandung Kogyo Daigaku dibuka kembali dengan nama Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung). Terbentuk Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Bandung. Suasana revolusi menyebabkan kampus STT Bandung mempunyai multifungsi. Gejolak bangsa saat itu membuat STT Bandung merupakan kesatuan dari potensi SDM, ilmu dan teknologi, laboratorium dan peralatan yang semuanya dikerahkan untuk perjuangan kemerdekaan. Bulan Oktober 1945 didepan anggota KNIP, dicetuskan ikrar bersama mahasiswa yang menyatakan tekad mahasiswa Indonesia untuk tidak sudi kembali ke kampus selama kemerdekaan penuh bangsa Indonesia belum tercapai.

STT Bandung kemudian pindah ke Yogyakarta untuk kemudian bergabung dengan beberapaa akademi dan sekolah tinggi membentuk Universitas Gadjah Mada
Era 1950an
Pada masa ini, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Bandung masih dalam naunngan Universitas Indonesia. Saat itu terbentuklah Dewan Mahasiswa UI Bandung yang beranggotakan himpunan-himpunan mahasiswa teknik. Pada tahun 1955, lahirlah Dewan Mahasiswa UI yang diketuai oleh Emil Salim yang kemudian menggabungkan DM UI Bandung yang terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas Teknik dan FIPIA.
1957 Deklarasi pembentukan Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI) di Aula Barat sebagai wadah organisasi intra universitas seluruh Indonesia
2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dipisahkan dari Universitas Indonesia menjadi Institut Teknologi Bandung.
2 November 1960, berdasarkan persetujuan Senat Mahasiswa Departemen Ilmu Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, serta Ilmu Kimia dan Ilmu Hayati, terbentuklah Dewan Mahasiswa ITB yang diketuai oleh Piet Corputty. Dewan Mahasiswa terdiri dari Sidang Dewan (Legislatif) dan Badan Pengurus (Eksekutif). DM ITB saat itu lebih mengutamakan konsolidasi organisasi. Namun karena adanya perjuangan membebaskan Irian Barat, maka DM ITB mendukung penuh seruan tersebut dengan ikut serta mengirimkan sukarelawan. Advokasi mahasiswa untuk menolak penggabungan ITB ke Universitas Padjajaran yang baru berdiri.
1963 Pada kerusuhan 10 Mei 1963 yang berbau rasial, tokoh mahasiswa Muslimin Nasution. Uniknya walaupun dalam tahanan, Muslimin terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB. Konfrontasi antara DM ITB dengan CGMI-GMNI yang berporos Nasakom. Saat itu DM ITB dijuluki ‘The Last Stronghold’ oleh masyarakat anti-komunis.
1964 Pembangunan Masjid Salman dimulai. Pada Kongres MMI ke-IV di Malino, Sulsel, DM ITB dikeluarkan dan terkucil dari pergaulan antar DM. Terjadi kericuhan saat MAPRAM 1965.
1965 Peristiwa Gerakan 30 September, DM ITB dibawah pimpinan Rachmat Witoelar menyatakan mengutuk peristiwa tersebut. Terbentuk KAMI Bandung yang tidak hanya beranggotakan organisasis ekstra kampus, namun juga organisasi intra kampus. Terbentuk juga Komite Aksi Pembersihan ITB (KAPI), yang bertujuan membersihkan ITB dari pengaruh komunis.
1966 Perjuangan menegakkan Tritura. Pada bulan Februari 1966, KAMI Bandung dipelopori DM ITB mengirim 200 mahasiswa untuk membantu mahasiswa Jakarta yang terdesak akibat terbunuhnya Arief Rahman Hakim. Dipimpin tokoh-tokoh seperti Rudianto Ramelan, Muslimin Nasution, Arifin Panigoro, dan Fred Hehuat, KAMI Bandung melancarkan serangan-serangan ke obyek-obyek vital seperti Deplu RI, Kedubes dan Konsulat RRC.
Perjuangan Tritura menghasilkan pemerintahan baru yang lazim disebut ‘Orde Baru’. DM ITB memberikan gelar Pahlawan Ampera kepada Fred Hehuat (Geologi) dan Pasma Situmorang (Mesin) yang aktif berjuang menegakkan Tritura.
DM ITB tidak hanya berdemonstrasi untuk menumbangkan rezim Orde Lama, saat terjadi bencana banjir di Solo, DM ITB mengirim delegasi Misi Ampera untuk membantu korban bencana.
Juni 1966 KM ITB terbentuk sebagai penyempurnaan dari DM ITB, terdiri dari MPM (legislatif), DM (eksekutif), dan BPM (perwakilan ekstra kampus)
1968 Pernyataan sikap menolak adanya wakil-wakil mahasiswa di DPR Gotong Royong karena mahasiswa tidak sepatutnya berpolitik praktis
1969 Advokasi kenaikan SPP mahasiswa.
1970 Dipelopori oleh Wimar Witoelar (Ketua Umum 1969-1970) dan Syarif Tando (Ketua Umum 1970-1971), DM ITB menyerukan slogan back to campus untuk kembali kemahasiswaan yang telah rusak akibat politik nasakom. Pendirian Student Center dimulai, Unit-Unit kegiatan bermunculan, DM ITB memelopori konsolidasi mahasiswa se-Asia Tenggara dalam pertemuan ASEAUS. DM ITB juga mengadakan pekan olahraga mahasiswa Ganesha Interversity Games. Gagalnya inisiasi National Union of Student of Indonesia dilanjutkan dengan berdirinya Badan Kerja Sama Dewan/Senat Mahasiswa se-Bandung (BKS DM/SM Bandung).
Usaha depolitisasi ini sebenarnya hampir berhasil, hanya saja pihak penguasa mulai menunjukkan gelagat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada tanggal 6 Oktober 1970, terjadi insiden antara taruna Akpol dengan seorang mahasiswa bernama Rene Louis Conraad (EL’70) yang mengakibatkan tewasnya Rene. Insiden ini sebenarnya berawal dari tawuran antara taruna Akpol dengan mahasiswa ITB akibat kalah dalam pertandingan sepak bola. Karena peristiwa ini, saat upacara pemakaman Rene, DM ITB mengadakan demontrasi dengan massa sepanjang 7 Km untuk menuntut pengusutan para tersangka pengeroyokan.
1971 Protes DM ITB terhadap proyek Taman Mini Indonesia Indah.
1972 Protes DM ITB kepada Bulog yang dianggap tidak becus mengurusi pangan.
1973 Isu utang luar negeri yang tidak terkendali menjadi opini publik. Saat itu pengusaha Jepang dianggap Economic Animal oleh masyarakat Indonesia akibat modal mereka yang mencengkeram ekonomi nasional. Suatu pertemuan di bulan Desember 1973 di ITB yang dihadiri antara lain oleh Muslim Tampubolon (Ketua Umum DM ITB) Hariman Siregar (Ketua Umum DM UI) dan Adnan Buyung Nasution berhasil mengeluarkan sikap untuk menolak utang luar negeri.
1974 Pertemuan 35 DM se-Indonesia tanggal 11 Januari atas undangan Hariman Siregar untuk menemui Presiden Soeharto di Bina Graha. 4 hari kemudian pecahlah peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari) yang pada awalnya bertujuan mendemonstrasi PM Jepang Kakuei Tanaka malah berubah menjadi huru-hara besar.
Sementara itu mahasiswa Bandung berunjuk rasa di kampus UNPAD dengan membakar patung Soedjono Hoemardani, Aspri Presiden Soeharto. Saat itu mahasiswa Bandung mengeluarkan Tritura 1974 yang berbunyi: 1. Bubarkan Aspri, 2. Turunkan Harga, 3. Tolak Utang Luar Negeri.
1974-1976 Konsolidasi organisasi DM ITB.
1977 Gerakan anti kebodohan, adalah suatu konsep mendasar untuk mengentaskan pembodohan penguasa terhadap rakyat Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kemahasiswaan Indonesia, Ketua Umum DM dipilih dengan sistem one student one vote secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
28 Oktober 1977, DM se-Indonesia berkumpul di Bandung untuk menyatakan sikap menolak eksistensi Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Bersama pelajar Bandung, DM se-Indonesia mengadakan aksi demonstrasi keliling Bandung.
16 Januari 1978 Apel bersama 2000 mahasiswa ITB dipimpin Ketua Umum Heri Akhmadi menyatakan ‘Tidak Mempercayai dan Tidak Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!”. Penerbitan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978. Pembuatan buku putih ini dimotori oleh Rizal Ramli, Ketua Dewan Mahasiswa. Penerbitan buku putih ini juga didukung beberapa intelektual kampus seperti Prof. Iskandar Alisjahbana (Rektor ITB) dan Prof. Slamet Iman Santoso (mantan Dekan Fakultas Psikologi UI).
21 Januari dan 9 Februari 1978 Kampus diserbu dua kali dan diduduki militer 6 bulan lamanya. Mahasiswa lama dikumpulkan di lapangan basket dan diusir, hanya mahasiswa angkatan ’78 yang boleh berkuliah. Terjadi penembakan gelap di rumah Rektor ITB Prof. Iskandar. Laksusda Jawa Barat memanggil Heri Akhmadi, Rizal Ramli, Indro Tjahjono, Al Hilal Hamdi, dan Ramles Manampang Silalahi untuk kemudian diadili dan dipenjara. Normalisasi Kehidupan Kampus diberlakukan, DM se-Indonesia dibubarkan, pemerintah mengajukan konsep SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi) sebagai pengganti Dewan Mahasiswa, namun ditolak karena terlalu kuatnya intervensi pemerintah dan birokrasi kampus pada organisasi tersebut.
1979 Pembentukan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) sebagai organ operasional kebijakan NKK disikapi dengan penolakan mahasiswa ITB. Akibatnya lembaga ini tidak pernah jelas eksistensinya.
1979-1982 Tekanan kuat dari Rektorat untuk membubarkan DM dengan surat ancaman DO untuk setiap Ketua Umum terpilih. Buku Biru diterbitkan sebagai lanjutan penerbitan Buku Putih.
1982 Dipelopori oleh 22 Ketua Himpunan dan 44 Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa, Dewan Mahasiswa ITB akhirnya membubarkan diri, kaderisasi dan cita-cita DM dikembalikan ke himpunan masing-masing sebagai kantung gerakan. Suatu saat himpunan tersebut siap dipanggil untuk bersatu kembali. Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar himpunan jurusan dan Badan Koordinasi Unit Aktivitas (BKUA) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar unit kegiatan. FKHJ dipimpin oleh Hendardi (Ketua HMS) dan Umar Juoro (Ketua HIMAFI). Pada masa ini juga muncul kelompok-kelompok studi mahasiswa.
1983 Demonstrasi menentang rally mobil yang mewabah saat itu, karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi bangsa.
1985 Demonstrasi menyambut PM Inggris Margareth Thatcher.
1986 Demonstrasi menyambut Presiden Francois Mitterand dengan memotong kepala bebek sebagai perlambang agar bangsa Indonesia jangan membebek pada bangsa Barat.
1987 Protes kepada Kedubes Perancis akibat adanya teror kelompok ‘Skinhead’ terhadap mahasiswa Indonesia. Terbentuknya Presidium FKHJ yang dpimpin oleh Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman. Terbentuk pula Badan Koordinasi Mahasiswa Bandung sebagai wadah gerakan mahasiswa Bandung.
1988 Mimbar bebas pada hari pahlawan, aksi anti helm, intifadah
1989 Aksi-aksi menentang pembebasan tanah dengan semena-mena di Kacapiring, Cimacan, Kedung Ombo, dan Badega. Longmarch Bandung-Badega oleh mahasiswa ITB untuk menghalangi buldoser yang akan mengeksekusi tanah Badega. Pada tanggal 5 Agustus 1989 terjadi insiden dalam acara Penataran P-4 oleh Mendagri Rudini. Saat itu beberapa mahasiswa akan menangkap Mendagri karena dianggap bertanggung jawab membawahi pemerintah lokal yang berkolusi dengan penguasa. 11 orang ditangkap dan 6 diantaranya dipenjarakan, diantaranya Fadjroel Rachman, Jumhur Hidayat, Enin Supriyanto.
1990 Keluar surat dari Mendikbud Fuad Hasan yang meminta didirikannya SMPT di seluruh Indonesia.
1992 OSKM diadakan kembali atas dasar permintaan Rektorat untuk melakukan penyambutan dan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru angkatan 1992. Terbentuknya Forum Aktivis Lemabaga Mahasiswa yang beranggotakan aktivis mahasiswa se-Jawa Madura dan Bali.
1993 Referendum pembentukan Lembaga Sentral Mahasiswa.
1994 Advokasi terhadap dua fungsionaris HMFT yaitu Yos Alfa dan Melyana (FT’90)
1995 OSKM’95 berlangsung dengan tema ‘Pahlawan dari Rakyat yang tertindas’
20 Januari 1996 Kongres, FKHJ dan BKSK mendeklarasikan berdirinya kembali KM ITB.
Maret 1996 Keluar surat edaran dari PR III yang meminta nama lembaga sentral mahasiswa adalah Senat Mahasiswa ITB, yang ditanggapi dingin oleh mahasiswa. PR III yang baru mengadakan manuver dengan mengadakan registrasi terhadap seluruh organisasi mahasiswa. 5 Himpunan yaitu HIMATEK, GEA, HMT, PATRA, dan HMP disegel karena menolak registrasi. Selain itu karena terjadi kasus Zaki T.L (FI’95) yang meninggal setelah melewati OS di HIMAFI (PPAM) dan mengakibatkan sanksi DO bagi Budi (Ketua PPAM) dan Ridjal (Ketua HIMAFI), OSKM dilarang.
April 1996 Deklarasi kesatuan gerakan mahasiswa Bandung
1996-1997 Berbagai forum diadakan untuk mendirikan lembaga sentral mahasiswa antara lain forum TVST, PILT, dan BPI. Tidak dihasilkan kesepakatan mengenai bentuk organisasi kemahasiswaan. Forum BPI diketuai oleh Haru Suwandharu (BI’93, Ketua HIMABIO ‘Nymphaea’). Dan Forum TVST diketuai oleh Vijaya Vitrayasa (MS’94, Kepala GAMAIS)
1998 FKHJ membentuk Satgas KM ITB untuk Reformasi yang diketuai oleh Depi Rustiadi (TG’94) dan Widdy (PL’95) sebagai Sekjen. Satgas ini berperan penting dalam ‘Deklarasi Ciganjur’ yang menyepakati bahwa kepemimpinan nasional harus segera diganti. Dibentuk juga Tim Beasiswa KM ITB untuk melaksanakan program beasiswa dari, oleh dan untuk mahasiswa. Selain itu Muker 7-10 Juni di Ciwidey menghasilkan Konsepsi dan AD/ART KM ITB. Pemilu dilangsungkan pada bulan Oktober dan Vijaya Vitrayasa (MS’94) keluar sebagai pemenang atas Ahmad Shalahudin (TI’94), Khalid Zabidi (SR’93) dan Heldy (FT’94).
Kepengurusan periode ini juga diwarnai dengan 2 surat pernyataan himpunan ( HMT & HME ) yang yang secara meminta kongres memberikan memorandum kepada Presiden KM ITB karena kinerjanya yang dianggap tidak memuaskan. Komunikasi dengan lembaga2 kemahasiswaan di dalam kampus memang menjadi masalah terbesar yang dihadapi kabinet.
Terlalu lamanya kemahasiswaan ITB tidak dipayungi lembaga terpusat menyebabkan kurangnya rasa butuh terhadap KM ITB apalagi ditambah dengan konsepsi kemahasiswaan terpusat (Konsep KM ITB) yang tidak tersosialisasi dengan baik ke seluruh mahasiswa.
1999 Gerakan Lumbung Kota sebagai bentuk kepedulian mahasiswa akan langkanya barang kebutuhan pokok.
Agustus 1999 Peserta OSKM’99 melakukan aksi SINDU (Studi dan Implementasi Desa Terpadu) di Cipatat.
Oktober 1999 Kontroversi mengenai kinerja Kabinet pertama mengakibatkan Vijay dipercepat jabatannya dan diganti Caretaker. Pemilu kedua diadakan dan menghasilkan pemenang Sigit Adi Prasetyo (IF’95) mengalahkan Nurul Wajah Mujahid (KL’95), Zaid Perdana (TL’96), Dedi Apriadi (GL’97) dan Iqbal Alfajri (DS’96) Puncaknya adalah pernyataan bersama 15 himpunan pada saat pelantikan presiden KM ITB yang kedua ( November 99) yang isinya adalah memberikan memorandum kepada kabinet untuk memperbaiki kinerjanya.
Februari 2000 Pertama kali diadakannya Olimpiade KM ITB dimana HMT keluar sebagai juara umum. Sempat terjadi insiden pembakaran jas almamater akibat adanya sponsor rokok ‘A Mild’ yang dianggap telah menjual kemahasiswaan ITB.
Agustus 2000 OSKM kali ini adalah OSKM dengan peserta terkecil jumlahnya (400an peserta) akibat ilegal.
Oktober 2000 Akibat terlalu larutnya Kongres dalam membahas amandemen AD/ART, panitia pelaksana Pemilu 2000 terbentuk 2 Minggu sebelum tanggal turunnya Presiden Sigit. Panpel yang dipimpin Safari (TK’97) terus mengulur-ulur waktu. 6 kandidat antara lain Zaid Perdana (TL’96), Andri Dwi Setiawan (PN’96) Muhammad Iqbal (GL’96), Muhammad Lutfi (TI96), Dedi Apriadi (GL’97) batal mengikuti pemilu. Akhirnya bulan November 2000, Kongres mengeluarkan ketetapan perpanjangan jabatan Presiden selama 6 bulan sampai Maret 2001.
Januari 2001 KM ITB menggulirkan isu Buloggate dan Bruneigate untuk menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid. Sementara itu FKHJ mulai menggulirkan isu penggulingan Presiden Sigit.
10 Maret 2001 Dimotori oleh IMG, HIMAFI, PSIK, Veritas dan Komunitas Ganesha 10, FKHJ melakukan pendudukan terhadap Sekretariat KM ITB. FKHJ menyatakan penonaktifan Kongres dan Kabinet KM ITB serta mengambil kekuasaan legislatif dan eksekutif. Selain itu FKHJ juga membentuk tiga Badan Pekerja yaitu Panitia Pemilu untuk mengadakan pemilu legislatif secepatnya, Panitia OSKM 2001, dan Panitia Muker untuk mengamandemen AD/ART. Pemilu legislatif berhasil memilih senator berbasis massa himpunan, Kongres kali ini dipimpin oleh Dedi Suryadi (PL’97). Karena dimulainya era otonomi kampus, Kongres memutuskan mengirimkan Anggota MWA wakil mahasiswa Rian Ramadian Nugraha (IF’97).
Agustus 2001 OSKM kali ini dipimpin Dinar Maulana (IMG’98). Sebelumnya sempat terjadi insiden pemukulan terhadap pihak yang mendiskreditkan salah seorang petinggi OSKM.
Oktober 2001 Pemilu kali ini tercatat dalam sejarah KM ITB sebagai Pemilu dengan kandidat terbanyak (7 orang). Akbar Hanif Dawam Abdullah (PN’98) terpilih sebagai Presiden mengalahkan Dedi Apriadi (GL’97), Armenda (SI’97), Adiq Ahmadi (MT’97), Roy Baroes (GM’97), Edison Situmorang (EL’97), sedangkan Khairul Anshar (FI’98) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara.
Desember 2001 Pertemuan BEM se-Bandung Raya di kampus ITB.
Maret 2002 Alga Indria (DS’98) menjadi pemenang pemilu KM ITB mengalahkan Abdi Robbi Sembada (SI’98), Dwi Lesmana (PL’99), M. Hanif (TI’98), dan Andy Hartono (TK’98).
Agustus 2002 Setelah sekian lama, akhirnya OSKM dinyatakan legal oleh rektorat, acara Swasta ditiadakan, dan metode kekerasan diganti dengan metode disiplin. OSKM kali ini diketuai oleh Ahmad Mukhlis Firdaus (HMS’99). Selain itu pertama kali dalam sejarah KM ITB diadakan acara Open House Unit yang bertujuan membuka rekrutmen terbuka untuk Unit Kegiatan Mahasiswa.
1-2 Februari 2003 Pertemuan BEM Nasional di ITB
Maret 2003 Ahmad Mustofa (TK’99) menjadi Presiden kelima mengalahkan Saifullah (SI’99), dan Hendro (TA’99). Sementara itu Adi Nugroho (FI’99) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara. Pemilu Anggota MWA Wakil Mahasiswa menghasilkan Fantri Azhari (MS’99) sebagai pemenang.
Mei 2003 Aksi longmarch Bandung-Jakarta untuk memperingati 5 tahun reformasi.
Juni 2003 Aksi penolakan USM-PMBP yang dianggap sebagai jalan komersialisasi kampus. Saat itu terbentang spanduk ‘Selamat Datang Putra-Putri Termahal Bangsa’ untuk menyambut calon mahasiswa baru 2003. Isu ini sempat menjadi isu nasional bersama PT BHMN lain.
Juli 2003 Aksi 1500 massa BEM Bandung Raya menuntut turunnya Mega-Hamzah. Peluncuran “Selamatkan Indonesia” oleh KM ITB.
Agustus 2003 OSKM diketuai oleh Anwar Rustanto (HMM’00). Pada acara penutupan terjadi kericuhan antara panitia dengan swasta akibat insiden mengenai lagu kampus.
Desember 2003 pembentukan Satuan Tugas Penyikapan Pemilu RI 2004 yang diketuai oleh Otep Kurnia (MA’99).
Februari 2004 ITB Fair diadakan pertama kalinya di kampus ITB dengan tujuan memasyarakatkan teknologi. Aksi menolak Dialog Calon Presiden oleh PSIK yang mengundang Prabowo Subianto. Aksi ini dilakukan Kabinet bersama HMD.
Program Desa Binaan sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat KM ITB
Maret 2004 Pemilu KM ITB tercatat sebagai Pemilu dengan kandidat tersedikit yaitu Anas Hanafiah (EL’00) dan Oskar Pariang Pakpahan (GM’00). Sempat terjadi kericuhan akibat hilangnya dua kotak suara. Anas memenangkan pemilu dan menjadi Presiden keenam.
April 2004 Aksi pembakaran ban oleh Kabinet bersama Satgas Pemilu KM ITB akibat pengambilalihan acara ‘Kupas Tuntas’ Capres RI Amien Rais oleh Rektorat. Kabinet juga mengadakan aksi menolak kedatangan Siswono Yudohusodo karena dianggap sebagai bagian dari rezim Orde Baru.
Juli 2004 Aksi menolak hasil Pemilu 2004 akibat banyaknya indikasi kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Bersamaan dengan aksi tersebut, Student Center diratakan dengan tanah untuk diganti dengan Campus Center.
Agustus 2004 OSKM kali ini diketuai Goris Mustaqim (SI’01). Pada saat acara OHU, beberapa mahasiswa melakukan aksi pembakaran Jas Almamater dan bendera KM ITB sebagai bentuk keprihatinan terhadap matinya dunia kemahasiswaan. Aksi ini ternyata berbuntut panjang sehingga disepakati akan membentuk Forum Rembug Mahasiwa. Forum ini menyepakati bahwa Kabinet dan Kongres harus memperbaiki kinerjanya, adanya kaderisasi berjenjang, dan Himpunan akan mengirim senator.
September 2004 Terdapat beberapa selebaran yang bertuliskan mengenai permohonan maaf seseorang yang dianggap melakukan penghinaan agama. Pada bulan ini juga muncul insiden Class Aksutik ‘A Mild’ yang menghadirkan Marcell dan Dygta. KM ITB menyatakan menolak acara tersebut selain tidak jelas manfaatnya bagi mahasiswa, acara ini juga menggunakan sponsor rokok.
Oktober 2004 KM ITB menginisiasi sebuah acara besar bertajuk ‘Gema Nusa’ (Gerakan Membangun Nurani Bangsa) di lapangan silang Monas dengan menghadirkan Presiden RI terpilih Susilo Bambang Yudhoyono.
10 Desember 2004 Kedatangan Dr. Anwar Ibrahim untuk mengisi seminar “Perkembangan Demokratisasi Di Asia” disambut hangat mahasiswa ITB.
31 Desember 2004 Aksi peduli bencana tsunami Aceh bersama BEM Unpad. Aksi ini diadakan saat pergantian tahun 2004 ke 2005
Januari 2005 Pengiriman relawan ke Aceh.
Februari 2005 Aksi penolakan kenaikan BBM, KM ITB mengadakan aksi dengan motor sampai ke Lapangan Tegallega. Penolakan kenaikan harga BBM ini juga diikuti oleh aksi mogok makan oleh Sandra, Wira, Agus, dan Ramses di gerbang Selatan ITB.
Terlaksananya OS Gabungan yang diketuai Fitrah Dinata (SI’02)
Maret 2005 Olimpiade ke-III KM ITB dimenangkan oleh IMG.
April 2005 Muhammad Syaiful Anam (EL’01) terpilih sebagai Presiden ketujuh. Pemilu kali ini sebenarnya diikuti tiga kandidat yaitu Anam, Wiyono (TA’01) dan Ramses (TG’01) namun Ramses didiskualifikasi oleh Panitia.
21 Mei 2005 Launching gerakan ‘Kampus Cerdas’ untuk mengurangi budaya mencontek di mahasiswa ITB.
Juni 2005 Fitrah Dinata terpilih sebagai Ketua OSKM 2005. Rektorat menolak nama OSKM dan mengganti dengan nama PSAK (Pengenalan Satuan Akademik dan Kemahasiswaan).
17 Agustus 2005 tepat pada saat peringatan 60 tahun Indonesia Merdeka, KM ITB mengadakan aksi keprihatinan mengenai tingginya jumlah mahasiwa yang di-DO setiap awal tahun akademik. Hal ini menunjukkan belum beresnya sistem pendidikan di ITB.
September 2005 Keluar surat edaran Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan mengenai pelarangan kaderisasi bagi 2005 yang disikapi beragam oleh himpunan-himpunan. Saat itu juga KM ITB menggulirkan isu tolak kenaikan BBM yang rencananya dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2005.
1 Januari 2006 ART ITB disahkan oleh MWA. Poin kontroversial dalam ART ini adalah adanya pengaturan mengenai struktur baru kemahasiswaan sebagai implikasi perubahan sistem di ITB. KM ITB mengeluarkan surat menyatakan menolak implementasi ART ITB yang merugikan mahasiswa.
Februari 2006 Program Keroyok Kampus oleh Presiden Anam, saat itu kampus ITB diramaikan oleh acara-acara KM seperti Bedah Buku ‘Confessions of an Economic Hitman’, Pekan Baca Tulis, SIMS, ITB Fair, Pesta Rakyat, dll.
Maret 2006 Pemilu kali ini diikuti oleh enam kandidat yaitu Dwi Arianto Nugroho (TK’02), Andi M. Adiwiarta (GM’02), Syahfitri (KI’02), Hendrajaya (IF’02), Indira (IL’02), dan Kisko (FI’03). Sempat terjadi kericuhan karena adanya kesalahan teknis Panpel dan kandidat menganggap panitia tidak konsisten dalam menerapkan aturan pemilu. Semua kandidat mengundurkan diri kecuali Dwi dan Syahfitri. Hampir semua Himpunan menyatakan pemilu gagal. Pemilu akhirnya diulang dan diikuti oleh Dwi, Syahfitri, Andi, dan Jaya, serta calon baru M. Luthfi (FT’03).
April 2006 Dwi Arianto Nugroho memenangkan pemilu dan menjadi Presiden kedelapan.
Mei 2006 KM ITB menginisiasi gerakan peduli sampah Kota Bandung. Di akhir bulan juga KM ITB mengirim tim relawan bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Juni 2006 Zam Zam Badruzaman (HIMAFI’03) terpilih sebagai Ketua OSKM 2006
20-21 Agustus 2006 Kontroversi soal legalitas OSKM 2006 berakhir dengan terlaksananya OSKM 2006 hanya dalam dua hari. Peserta OSKM 2006 adalah peserta dengan jumlah terkecil sepanjang sejarah, 136 orang. OSKM kemudian ditutup dengan aksi masuk kampus dengan peserta ratusan mahasiswa ITB.
November 2006 Seminar Nasional yang diisi oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat Bandung
Januari 2007 Rangkaian Seminar dan Workshop “Sekantor” atau Sekolah Anti Korupsi diakhiri dengan perayaan ulang tahun KM ITB.
Februari 2007 Olimpiade ke-IV menghasilkan MTI sebagai juara umum.
Maret 2007 Pemilu KM ke-8 menghasilkan Zulkaida Akbar (FI’03) sebagai Presiden, mengalahkan Army Alghifari (MS’04).
7 April 2007 Kedatangan Wapres Jusuf Kalla yang mengakibatkan tertutupnya kampus untuk mahasiswa dan dosen.
Juni 2007 Kasus kecelakaan motor pasca syukuran Kaderisasi KMSR 2006 mengakibatkan turunnya surat ancaman skorsing bagi Presiden KMSR, Ketua Kaderisasi, dan Ketua Angkatan 2006. Selain itu juga ada ancaman pembekuan KMSR. Kabinet bersama himpunan-himpunan memutuskan untuk menolak sanksi tersebut dan melakukan aksi massa di gedung Rektorat.
Agustus-September 2007 Rangkaian acara Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2007 yang diketuai Agung Thaufika (HIMATIKA’04) sukses dalam melakukan pengenalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru 2007.
16 November 2007 Aksi penolakan terhadap alumni yang dianggap mencoreng nama almamater oleh Gabungan Aksi Mahasiswa (GAM) ITB yang sesuai dengan momentum Kongres Ikatan Alumni ITB dan terseretnya nama Laksamana Sukardi, Ketua Umum IA Pusat sebagai tersangka kasus korupsi di Pertamina.
They’ve made their history, now it’s time to us to make our history!
Inilah Pimpinan-Pimpinan Mahasiswa ITB
Era Dewan Mahasiswa ITB
1960-1962 Piet Corputty
1962-1963 Udaya Hadibroto
1963-1965 Muslimin Nasution
1965-1967 Rahmat Witoelar
1967-1968 Purwoto Handoko
1968-1969 Sarwono Kusumaatmadja
1969-1970 Wimar Witoelar
1970-1971 Syarif Tando
1971-1972 Sjahrul
1972-1973 Tri Herwanto
1973-1974 Muslim Tampubolon
1974-1975 Prasetyo Sunaryo
1975-1976 Daryatmo, Ivan Isaq, Muhammad Najib, Khairullah Harun
1976-September 1977 Kemal Taruc (dijatuhkan MPM)
September-November 1997 Caretaker Presidium: Al Hilal Hamdi, Muhammad Iqbal, Sukmadji Indro Tjahyono, Ramles Manampang Silalahi
1977-1978 Heri Akhmadi
Desember 1978-Maret 1979 Caretaker Presidium: Faletehan Siregar, Herdi Waluyo, Indra Cahya, Jusman Syafii Djamal, Mathias Thoib, Sugeng Setiadi
1979-1980 Aussie Gautama
1980-1981 Iwan Basri
1981-1982 Agus Suroto (sekaligus Ketua MPM ITB)
Era Forum Ketua Himpunan Jurusan ITB
1982 Hendardi, Umar Juoro
1986 Syahganda, Ucok Lubis
1987 Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman, Amarsah, Theodorus Ondos Koekeritz, Didi Yakob
1988-1989 Yaya, Bambang
Era Keluarga Mahasiswa ITB
1996-1998 Hafiz (SC Pendirian KM), Yan Ardiansyah (Ketua Kongres)
1998-1999 Vijaya Vitrayasa
1999-Maret 2001 Sigit Adi Prasetyo
Oktober 2001-Maret 2002 Akbar Hanif Dawam Abdullah
2002-2003 Alga Indria
2003-2004 Ahmad Mustofa
2004-2005 Anas Hanafiah
2005-2006 Muhammad Syaiful Anam
2006-2007 Dwi Arianto Nugroho
2007-2008 Zulkaida Akbar

Sejarah dan Timeline Kemahasiswaan ITB

Posted by Pengguna android