Archive for 08/23/13
Jumat, 23 Agustus 2013
by : ananda saraswati
silakan lihat disini :-)
silakan lihat disini :-)
Dalam serangkaian acara OSKM ITB
2013, diadakan seminar pada tanggal 23 Agustus 2013. Seminar ini mengundang
beberapa pembicara. Salah satu pembicara adalah Menteri Perdagangan Indonesia,
yaitu Bapak Gita Wiryawan sebagai pembicara pertama. Bapak Gita Wiryawan juga
menjabat sebagai Ketua PBSI saat ini.
Beliau sedikit mengulik mengenai
hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus yang lalu. Menurut beliau,
kemerdekaan bangsa Indonesia juga merupakan kemerdekaan kita. Menteri
Perdagangan Indonesia ini membicarakan perekonomian Indonesia. Indonesia sendiri
memiliki tingkat perekomian dengan urutan ke-15 di dunia.
Bapak Gita Wiryawan mengungkapkan
bahwa Indonesia akan lebih bersinar jika memiliki kemahiran teknologi,
kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya, dan kemajuan ekonomi. Kita sebagai
rakyat Indonesia seharusnya mengisi konsumsi dalam negeri. Hal itu merupakan
pembelajaran dalam berbudaya bangga berbangsa yang berkaitan dengan
nasionalisme. Nasionalisme membutuhkan pribadi yang kreatif, terampil, dan
“melek” teknologi dalam menjunjung tinggi kearifan lokal.
Selain Pak Menteri, seminar OSKM
2013 juga mengundang perwakilan dari organisasi WANADRI, yaitu Indra Hidayat
dan Ilham Fauzi. Wanadri adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan,
penjelajahan, dan perlindungan alam. Wanadri menitikberatkan pada keindahan
alam dan segala kekayaan yang terdapat di Indonesia ini. Namun, Indonesia
memiliki kendala dalam perkembangannya. Beberapa kendala itu adalah intervensi
budaya dan bencana.
Setelah materi dari Wanadri
terdapat materi yang disampaikan oleh Ibu Tri Mumpuni dengan judul “Integritas
dan Kompetensi Alumni ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa.” Dalam
mencapai kesejahteraan dibutuhkan pengetahuan dan perasaan/empati. Saat ini banyak
orang pintar yang justru berupaya untuk mencari uang semata tanpa memikirkan
bangsa mereka. Maka dari itu dibutuhkan social
enterpreneur yang bermakna ekonomi yang manusiawi. Peran kita adalah
perbaikan visi pembangunan dengan mengubah paradigma-paradigma yang selama ini
hanya mementingkan keuntungan semata.
Pembicara selanjutnya adalah Pak
Sasca yang merupakan pendiri Riset Indie. Riset Indie termasuk dalam kolektif
penelitian teknologi, social, ekonomi, dan media yang meng-inkubasi ide usaha.
Riset Indie telah melakukan beberapa penelitian, seperti Polaroid (kamera
analog dan instan) dan Alinea (animatronik). Saat ini Pak Sasca dalam Riset
Indie-nya sedang merencanakan “Angkot Day” tanggal 20 September 2013 sebagai
penelitian sosial yang hasilnya akan diajukan pada Pemerintah Kota Bandung
untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Oleh : Farah Dita Wibawanti
Rosyad Hizbussalam Mohammad
16613055
Mind Map
Banyak sekali penggunaan kata “kolaborasi” sehari-hari. Hampir setiap hari kita bisa menemukannya di media cetak maupun di media elektronik.Untuk membuat sebuah mobil, produsen harus berkolaborasi dengan sebaik-baiknya dengan para supplier. Bahkan, banyak supplier yang dituntut harus bisa melakukan value engineering dalam arti bisa melakukan desain terbatas sesuai dengan permintaan produsen.
Dalam kehidupan sosial kolaborasi dapat diartikan sama dengan team building, yaitu upaya pencapaian untuk mendapatkan tujuan, memecahkan masalah, menciptakan sesuatu, dan menemukan sesuatu dalam sebuah hambatan. Namun, terkadang tidak mudah apabila kita ingin berkolaborasi karena kita dapat menemui beberapa hambatan seperti keahlian, waktu, biaya, kompetisi, dan kearifan konvensional ( Schrage, 1995 : 29).
Kemarin. seluruh mahasiswa baru angkatan 2013 dapat menerapkan konsep kolaborasi ini dalam sebuah proyek besar, yaitu membuat tulisan #untukindonesia di SARAGA. Setiap kelompok mewakilkan seorang anggotanya untuk menjadi penanggung jawab dan mengatur posisi.
Dalam kehidupan sosial kolaborasi dapat diartikan sama dengan team building, yaitu upaya pencapaian untuk mendapatkan tujuan, memecahkan masalah, menciptakan sesuatu, dan menemukan sesuatu dalam sebuah hambatan. Namun, terkadang tidak mudah apabila kita ingin berkolaborasi karena kita dapat menemui beberapa hambatan seperti keahlian, waktu, biaya, kompetisi, dan kearifan konvensional ( Schrage, 1995 : 29).
Kemarin. seluruh mahasiswa baru angkatan 2013 dapat menerapkan konsep kolaborasi ini dalam sebuah proyek besar, yaitu membuat tulisan #untukindonesia di SARAGA. Setiap kelompok mewakilkan seorang anggotanya untuk menjadi penanggung jawab dan mengatur posisi.
Oleh : Nobi Nublatul Hafilah (16113101)
Kemahasiswaan
ITB berwal pada 2 september 1920 ketika sebuah organisasi bernama
Bandungse Student Corps (BSC ) berdiri. Namun, karena krang mewakili
aspirasi mahasiswa pribumi dan mahasiswa Cina,
maka mahasiswa pribumi dan Cina membentuk organisasi baru bernama
Indische Studenten Vereneging (ISV), walaupun pada akhirnya mahasiswa
Cina memisahkan diri dan membentuk organisasi sendiri. Kemudian,
mahasiswa Indonesia ini turut andil dalam membangkitka kesadaran bangsa
Indonesia untuk merdeka.
Beberapa
bulan sebelum kemerdekaan, tepatnya pada 13 april 1945 lahirlah Senat
Mahasiswa Fakultas Teknik Bandung (SMFTB). Ketika itu ITB yang kita kenL
SEKARANG MASIH BERNAMA Institute of Tropical Science-Kogyo Daigaku.
Barulah setelah 15 tahun kemerdekaan, kemahasiswaan terpusat ITB
dibentuk menjadi Dewan Mahasiswa ITB sebagai badan
eksekutif mahasiswa. Kemahasiswaan ITB pun semakin aktif terbukti dai
kintribusa mahasiswa ITB dalam rangka mendukung usaha pembebasan Iria
Barat, aksi tritura dan aksi anti PKI.
Pada
tahun 1966, dibentuk Keluarga mahasiswa ITB sebagai kemahasiswaan
terpusat di ITB menggantikan Dewan Mahasiswa yang semua kegiatannya
dikonsentrasikan untuk menegakkan stebilitas nasional. Hal ini disertai
denga pembentukan badan legislative dan organisasi ekstra umum
Kemahasiswaan
ITB kembali memanas ketika terjadi konfrontasi dengan ABRI yang
terbunuhnya seorang mahasiswa ITB Rene L. Conrad, gerakan anti lapar
pada tahun 1971 dalam rangka memprotes penanganan BULOG, dikeluarkannya
petisi 5 Oktober yang memprotes pelaksanaan korupsi, penyalahgunaan
kekuasaan dan pengangguran, lalu puncaknya adalah peristiwa Malari.
Dipelopori oleh Herry Achmadi dkk, pada
tahun 1978, diperkenalkanlah sebuah konsep mendasar tentang pengentasan
rakyat Indonesia dari segala bentuk pembodohan dalam rezim Soeharto
dengan mengajarkan demokrasi pemilihan langsung ketua DEMA ITB. Sebuah
gersksn ysng kemudian dikenal dengan Geraka Anti Kebodohaan (GAP). Tidak
hanya itu, mereka kemudian menerbitkan “Buku Putih Perjuangan Mahasiswa
Indonesia” dan aksi klimaks yang mengeluarkan pernyataan sikap yang
diwujudka dalam spanduk besar bertuliskan “ Tidak Mempercayai Lagi
Soeharto Sebagi Calon Presiden” yang berdampak didudukinya kampus ITB
oleh militer selama 6 bulan dan hanya mahasiswa baru angkatan 1978 saja
yang boleh berkuliah. Peristiwa ini lalu berlanjut dengan dikeluarkannya
NKK/BKK dan pembubaran DEMA. Pada masa ini, kegiatan kemahasiswaan ITB
dikembalikan kepada himpunan mahasiswa masing-masing.
Karena
kebutuhan mahasiswa akan kemahasiswaan terpusat, maka pada 20 januari
1966 berdirilah KM-ITB dari hasil muker Ciwidey yang melibatkan
elemen-elemen kampus. Kemahasiswaan ITB kembali berkontribusi dalam
menumbangkan orde baru pada tahun 1998, dan banyak kegiatan
kemahasiswaan lainnya hingga sekarang KM-ITB masih berdiri dengan
Zulkaida Akbar sebagai ketua cabinet KM-ITB peiode 2007/2008Resume Seminar OSKM ITB
Oleh: Tubagus Samudra Cahaya, 19813063
Pada Jumat pagi 23 Agustus 2013 mahasiswa baru ITB mendapatkan kesempatan yang sangat unik, yaitu mengikuti sebuah seminar dengan beberapa narasumber-narasumber yang sangat menarik.
Narasumber pertama adalah Gita Wirjawan. Beliau merupakan menteri perdagan RI. Beliau jg memiliki posisi sebagai ketua PBSI. Beliau membahas tentang beberrapa hal, diantaranya tentang kesuksesan tim bulu tangkis Indonesia dalam turnamen kejuaraan dunia dimana tim Indonesia tersebut berhasil meraih dua peringkat satu. Beliau jg membahas tentang keadaan ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia pada saat ini. Beliau memberi informasi bahwa Indonesia menempati urutan ke lima belas dalam pertumbuhan ekonomi dunia. Indonesia mengalami sekitar pertumbuhan ekonomi sekitar 6-7%.
Narasumber kedua adalah Ilham Fauzi dari lembaga Wanadri. Kelompok Wanadri tersebut telah berhasil dalam ekspedisi nya yang bernama Seven Summits diman mereka menaiki tujuh puncak tertinggi di dunia. Beliau menceritakan tentang keunikan alam yang dimiliki oleh negara Indonesia, dari lautan yang luas sampai gunung merapi yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Narasumber ketiga adalah Tri Mumpuni, seorang aktivis yang telah berhasil untuk menyediakan tenaga listrik untuk daerah-daerah terpencil yang tersebar di seluruh Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa integritas sangat dibutuhkan untuk kemandirian dan kesejahteraan bangsa kita.
Narasumbar terakhir bernama Kak Saska. Beliau merupakan alumnus ITB yang telah berhasil mendirikan sebuah lembaga riset yaitu Riset Indie. Beliau meriset ide-ide yang bakal menjadi ide usaha yang bagus.
Oleh: Tubagus Samudra Cahaya, 19813063
Pada Jumat pagi 23 Agustus 2013 mahasiswa baru ITB mendapatkan kesempatan yang sangat unik, yaitu mengikuti sebuah seminar dengan beberapa narasumber-narasumber yang sangat menarik.
Narasumber pertama adalah Gita Wirjawan. Beliau merupakan menteri perdagan RI. Beliau jg memiliki posisi sebagai ketua PBSI. Beliau membahas tentang beberrapa hal, diantaranya tentang kesuksesan tim bulu tangkis Indonesia dalam turnamen kejuaraan dunia dimana tim Indonesia tersebut berhasil meraih dua peringkat satu. Beliau jg membahas tentang keadaan ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia pada saat ini. Beliau memberi informasi bahwa Indonesia menempati urutan ke lima belas dalam pertumbuhan ekonomi dunia. Indonesia mengalami sekitar pertumbuhan ekonomi sekitar 6-7%.
Narasumber kedua adalah Ilham Fauzi dari lembaga Wanadri. Kelompok Wanadri tersebut telah berhasil dalam ekspedisi nya yang bernama Seven Summits diman mereka menaiki tujuh puncak tertinggi di dunia. Beliau menceritakan tentang keunikan alam yang dimiliki oleh negara Indonesia, dari lautan yang luas sampai gunung merapi yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Narasumber ketiga adalah Tri Mumpuni, seorang aktivis yang telah berhasil untuk menyediakan tenaga listrik untuk daerah-daerah terpencil yang tersebar di seluruh Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa integritas sangat dibutuhkan untuk kemandirian dan kesejahteraan bangsa kita.
Narasumbar terakhir bernama Kak Saska. Beliau merupakan alumnus ITB yang telah berhasil mendirikan sebuah lembaga riset yaitu Riset Indie. Beliau meriset ide-ide yang bakal menjadi ide usaha yang bagus.
Materi ini bagus sekali untuk menumbuhkan rasa kerja sama, dalam artian kerja sama di hal positif saja dan bukan negatif. Dalam hal ini kerja sama yang mana sama-sama ingin mencapai tujuan yang sama, ini disebut dengan Team Building. Untuk mencapai sutu tujuan, orang bilang kita harus mengalahkan banyak saingan namun bisa juga dengan melakukan kolaborasi.
Kolaborasi sendiri sangat penting dalam setiap pergerakkan yang ada. Karena pergerakkan merupakan awal dari suatu perubahan, tanpa adanya kolaborasi maka perubahan ini tidak akan berjalan dengan baik.
Dalam suatu kolaborasi, otomatis tidak akan selamanya berjalan dengan mulus, di dalamnya juga pasti ada yang namanya konflik. Konflik adalah perselisihan antara dua orang atau lebih yang mana keduanya sama-sama saling ingin menghalangi untuk mencapai tujuan. Maka dari itu diperlukan manajemen konflik, yaitu upaya untuk mengatasi konflik tersebut.
Tujuan Kolaborasi sendiri antara lain :
1. memecahkan masalah
2. menciptakan sesuatu
3. menemukan sesuatu di dalam sejumlah hambatan
loh, apa itu hambatannya:
1. waktu
2. keahlian
3. biaya
4. kompetisi
5. kearifan konvensional.
Mengelola Konflik
Menurut Pondy,(dalam Luthans 382-383), dia menemukan 3 cara:
1. Bargaining Approach
2. Bureaucratic Approach
3. System Approach
1. Bargaining Approach
Kelompok kepentingan yang berkompetisi berdasarkan keterbatasan Sumber daya.
Solusi : Meratakan Sumber daya
2. Bureauratic Approach
Konflik terjadi apabila atasan ingin mengendalikan bawahan, tapi mereka menolak untuk memenuhinya.
Solusi : mengganti aturan
3. System Approach
Apabila pendekatan
tawar- menawar dan pendekatan birokratis
gagal menyelesaikan
konflik, maka pendekatan sistem berisi
koordinasi berbagai
masalah. Pendekatan ini merujuk pada
hubungan horisontal
dan kesamping diantara fungsi-fungsi.
Ada dua strategi
yang dapat digunakan untuk mengurangi
konflik yakni :
1) mengurangi
perbedaan terhadap tujuan dengan mengubah
insentif, atau
melakukan seleksi yang sesuai;
2) mengurangi saling
ketergantungan fungsional dengan
mengurangi
ketergantungan pada penggunaan sumberdaya
bersama-sama, dengan
mengurangi tekanan untuk
konsensus.
Dimas Muhammad Nur
16013091
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti "(perbuatan) bekerja sama (dengan musuh, dsb)". Kolaborasi sama artinya dengan bekerja sama atau dalam bahasa inggrisnya to cooperate. Sebuah peradaban dalam membangun sesuatu, terutama sesuatu yang besar pasti dilakukan dengan bekerja sama. Menurut saya, baik sedari di SMP, SMA, sampai kuliah, kita sebagai pelajar pasti diajarkan untuk bekerja sama. Karena bekerja sama atau kalau dulu sering juga di bilang gotong royong, merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Dengan bekerja sama dan ber gotong royong, sekelompok orang dapat mencapai sesuatu yang besar. Para pejuang Indonesia tentunya tidak sendiri dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang bersama-sama dan dengan saling berpegangan tangan mengantar Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Sama seperti halnya pada saat Raja Leonidas membawa 299 prajuritnya untuk melawan tentara Persia. Dia tidak bisa melakukannya sendiri. Maka dari itu kolaborasi bukan hanya sifat dari bangsa Indonesia saja. Tapi memang berkolaborasi dan bekerja sama itu sudah merupakan ciri khas peradaban manusia.
Kolaborasi atau collaboration adalah upaya atau usaha untuk mencapai suatu tujuan. It is a purposive relationship. Makanya sebuah kolaborasi tidak hanya di lakukan dengan dua pihak yang berteman saja, tetapi dua pihak yang berlawanan namun memiliki satu tujuan juga bisa berkolaborasi. Ada beberapa faktor penghambar kolaborasi, antara lain : Keahlian, Waktu, Biaya, Kompetisi, dan Kearifan Konfensional. Pondy (dalam Luthans, 1983 : 382-383) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk mengelola konflik keorganisasian, yaitu :
Errandyno Rumengan
16313006
Kolaborasi atau collaboration adalah upaya atau usaha untuk mencapai suatu tujuan. It is a purposive relationship. Makanya sebuah kolaborasi tidak hanya di lakukan dengan dua pihak yang berteman saja, tetapi dua pihak yang berlawanan namun memiliki satu tujuan juga bisa berkolaborasi. Ada beberapa faktor penghambar kolaborasi, antara lain : Keahlian, Waktu, Biaya, Kompetisi, dan Kearifan Konfensional. Pondy (dalam Luthans, 1983 : 382-383) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk mengelola konflik keorganisasian, yaitu :
- Bargaining Approach : Pengelolaan konflik model ini merujuk pada kelompok
kepentingan yang berkompetisi karena keterbatasan sumber
daya. Strategi untuk mengatasi konflik adalah dengan membagi
secara merata kesempatan memperoleh sumberdaya atau
mengurangi keinginan untuk mendapatkan sumberdaya. - Bureaucratic Approach : dimana model ini merujuk pada hubungan kewenangan secara vertikal dalam suatu hierarki. Konflik akan terjadi apabila atasan ingin memiliki kekuasaan terhadap bawahan, namun bawahannya menolak. Untuk memecahkan masalah ini, perlu diadakannya perubahan terhadap aturan-aturan birokratis yang bersifa impersonal untuk pengendalian personal.
- Systems Approach : Apabila kedua pendekatan diatas sudah gagal dalam mengatasi suatu konflik, maka pendekatan ketiga ini lah yang di gunakan. Pendekatan ini merujuk pada hubungan horisontal dan kesamping antara fungsi-fungsi yang berkesinambungan. Yang menjadi salah satu strateginya adalah dengan cara mengurangi perbedaan terhadap tujuan dengan mengubah insentif, atau melakukan seleksi yang sesuai. Juga dengan mengurangi ketergantungan fungsional dengan mengurang ketergantungan pada penggunaan sumber daya bersama-sama.
Errandyno Rumengan
16313006
Ketika kita
membicarakan kolaborasi kita akan membicarakan tentang team building. Apa itu
team building? Team building adalah ide dasar dimana setiap individu pada
sebuah kelompok mampu bekerjasama untuk meraih tujuan bersama. Ketika kita memulai pergerakan maka kita akan
memulai suatu kolaborasi. Setiap kolaborasi tentunya memiliki konflik untuk itu
diperlukan lah managemen konflik. Managemen konflik ialah upaya untuk
mengatur pergesekan yang terjadi antar anggota kelompok agar pergesekan
tersebut tidak berdampak merugikan bagi anggota yang lain atau kelompok secara
keseluruhan dan dapat diselesaikan. Dengan
adanya managemen konflik diharapkan dapat mencegah konflik dalam kelompok
ataupun mengurangi dampak buruk jika terjadi konflik. Kolaborasi diperlukan ketika kita ingin
mencapai suatu tujuan yang sama. Setiap hal mempunya tujuan bukan? Begitu pula
dengan kolaborasi. Kolaborasi mempunya 3 tujuan, yaitu:
1. Memecahkan
masalah
2. Menciptakan
sesuatu
3. Menemukan
sesuatu didalam sejumlah hambatan
Namun kolaborasi juga memiliki hambatan yaitu :
- keahlian;
- waktu;
- biaya;
- kompetisi;
- kearifan konvensional(
Schrage, 1995 : 29).
Nah sekarang saya mau share mengenai cara mengelola
konflik keorganisasian. Pondy mengungkapkan ada 3 konsep utuk mengelola konflik
keorganisasian yaitu :
1.
Bargaining
approach
Pada
pendekatan kali ini lebih diutamakan dalam pembagian sumber daya yang seimbang
antara anggota kelompok.
2. Bureaucratic
approach
Pendekatan
ini mengedepankan aspek birokratis dimana konflik biasanya terjadi dalam
hubungan vertical. Oleh karena itu perlu dibuat aturan yang jelas yang mengatur
masalah ini.
3. System
approach
Pendekatan
ini apabila telah dipakai apabila pendekatan birokratis gagal nyelesaikan
permasalahan. Ada 2 strategi yaitu:
·
Mengurangi perbedaan terhadap tujuan
dengan mengubah insentif, atau melakukan seleksi yg sesuai.
·
mengurangi saling
ketergantungan fungsional dengan
mengurangi
ketergantungan pada penggunaan sumberdaya
bersama-sama, dengan mengurangi tekanan untuk
consensus.
Demikian lah ringkasan sy mengenai kolaborasi.
See you on next postHari ini kami, mahasiswa baru, dibekali beberapa seminar yang bermanfaat dari narasumber yang kompeten di Sabuga. Berikut ringkasannya:
1. Meningkatkan Perekonomian Indonesia dengan Merawat Kearifan Lokal
oleh : Gita Wirjawan (Mentri Perdagangan Indonesia)
Perekonomian Indonesia menempati urutan ke-15, untuk mengembangkannya Indonesia butuh pemimpin muda yang menjaga kearifan lokal, yaitu pemuda yang proaktif terhadap kemajuan teknologi, kesinambungan demokrasi, budaya, dan ekonomi. Indonesia sedang melalui masa transformasi,, dengan tantangan meningkatkan 60% produktifitasnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.
Kesenjangan ekonomi di Indonesia semakin meningkat, ntuk itu kita perlu meanamkan modal dan industrilisasi di luar Pulau Jawa karena hanya 40% investasi terjadi di luar Jawa.
Kesimpulannya Indonesia perlu pemimpin yang kreatif, terampil, melek teknologi, dan berbudaya.
2. Cinta Indonesia
oleh : Wanadri
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya, dengan kultur budaya yang menyebar di setiap penjuru (batak, jawa, betawi, sunda, dll.). Namun, berbagai permasalahan pun muncul, seperti intervensi budaya, bencana, rawannya wilayah perbatasan, hingga kecenderungan masyarakat Insonesia yang masih berorientasi pada daraatan, padahl Indonesia adalah negara kelautan. Untuk mengenal Indonesia, kita harus sadar diri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan.
3. Integritas dan KompetensiPemuda Alumni ITB untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa
oleh: Bu Tri Mumpuni
Manusia memiliki dua aspek yaitu pengetahun (logika) dan perasaan (empati), kedua aspek ini harus berjalan secara berkesinambungan dan seimbang untuk menghasilkan manusia yang dapat membaca Indonesia dengan baik.
Jika dipandang dari segi umum, saat ini ekonomi berfungsi untuk membuat keadaan seimbang antara invetasi dan konsumsi untuk bertumbuh, makin tinggi pertumbuhan maka makin tinggi pula perkembangan, tanpa peduli kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan. Solusinya adalah kewirausahaan sosial, yaitu setiap orang melakukan apa yang disukai sebaik-baiknya dengan didasari hati dan empati sehingga menghasilkan hasil yang baik.
Dari gambaran tersebut ditarik kesimpulan bahwa peran kita adalah
- perbaikan visi pembangunan, dengan memberi akses ke setiap orang
- perubahan paradigma investasi, dari sistem yang mementingkan pemilik modal dan industri menjadi sistem pemanfaatan SDA untuk kepentingan lokal
4. Riset Indie
oleh : Saska
Riset Indie adalah sebuah komunitas penyalur aktifitas yang melakukan kolektif penelitian di berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, dan budaya dengan memilih topik yang dianggap seru dan menarik menjadi sebuah ide usaha. Daalm bekerja, riset indie melakukan riset dan menciptakan inovasi dengan menggabungkan berbagai bidang keilmuan dalam setiap proyeknya. Beberapa proyek Riset Indie diantaranya Polaroid, Alinea (animatronic), dan Angkot Day.
Oleh Nobi Nublatul Hafilah (16113101)
1. Meningkatkan Perekonomian Indonesia dengan Merawat Kearifan Lokal
oleh : Gita Wirjawan (Mentri Perdagangan Indonesia)
Perekonomian Indonesia menempati urutan ke-15, untuk mengembangkannya Indonesia butuh pemimpin muda yang menjaga kearifan lokal, yaitu pemuda yang proaktif terhadap kemajuan teknologi, kesinambungan demokrasi, budaya, dan ekonomi. Indonesia sedang melalui masa transformasi,, dengan tantangan meningkatkan 60% produktifitasnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.
Kesenjangan ekonomi di Indonesia semakin meningkat, ntuk itu kita perlu meanamkan modal dan industrilisasi di luar Pulau Jawa karena hanya 40% investasi terjadi di luar Jawa.
Kesimpulannya Indonesia perlu pemimpin yang kreatif, terampil, melek teknologi, dan berbudaya.
2. Cinta Indonesia
oleh : Wanadri
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya, dengan kultur budaya yang menyebar di setiap penjuru (batak, jawa, betawi, sunda, dll.). Namun, berbagai permasalahan pun muncul, seperti intervensi budaya, bencana, rawannya wilayah perbatasan, hingga kecenderungan masyarakat Insonesia yang masih berorientasi pada daraatan, padahl Indonesia adalah negara kelautan. Untuk mengenal Indonesia, kita harus sadar diri, sadar lingkungan, dan sadar tujuan.
3. Integritas dan Kompetensi
oleh: Bu Tri Mumpuni
Manusia memiliki dua aspek yaitu pengetahun (logika) dan perasaan (empati), kedua aspek ini harus berjalan secara berkesinambungan dan seimbang untuk menghasilkan manusia yang dapat membaca Indonesia dengan baik.
Jika dipandang dari segi umum, saat ini ekonomi berfungsi untuk membuat keadaan seimbang antara invetasi dan konsumsi untuk bertumbuh, makin tinggi pertumbuhan maka makin tinggi pula perkembangan, tanpa peduli kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan. Solusinya adalah kewirausahaan sosial, yaitu setiap orang melakukan apa yang disukai sebaik-baiknya dengan didasari hati dan empati sehingga menghasilkan hasil yang baik.
Dari gambaran tersebut ditarik kesimpulan bahwa peran kita adalah
- perbaikan visi pembangunan, dengan memberi akses ke setiap orang
- perubahan paradigma investasi, dari sistem yang mementingkan pemilik modal dan industri menjadi sistem pemanfaatan SDA untuk kepentingan lokal
4. Riset Indie
oleh : Saska
Riset Indie adalah sebuah komunitas penyalur aktifitas yang melakukan kolektif penelitian di berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, dan budaya dengan memilih topik yang dianggap seru dan menarik menjadi sebuah ide usaha. Daalm bekerja, riset indie melakukan riset dan menciptakan inovasi dengan menggabungkan berbagai bidang keilmuan dalam setiap proyeknya. Beberapa proyek Riset Indie diantaranya Polaroid, Alinea (animatronic), dan Angkot Day.
Oleh Nobi Nublatul Hafilah (16113101)
Sejarah dan Timeline Kemahasiswaan ITB
Era Kolonial Belanda dan Jepang
Terbentuk organisasi kemahasiswaan tertua di Bandung yaitu Bandoeng Studenten Corps (BSC). Pada masa ini, mahasiswa
pribumi yang bersekolah di Technische Hoogeshcule te Bandoeng (TH
Bandoeng) sudah merasakan perbedaan budaya dengan teman2nya yang berasal
dari Belanda dan mahasiswa2 pribumi ini kemudian membentuk perkumpulan
sendiri yaitu Indonesische Student Vereniging (ISV) yang terpisah dari
organisasi mahasiswa resmi saat itu yang didominasi oleh tuan-tuan
Belanda. Perkumpulan
ini menyelenggarakan diskusi-diskusi mengenai ilmu teknik, politik,
mengadakan kegiatan olahraga, bermain catur dan tak ketinggalan
berdarmawisata.
Soekarno
(presiden RI pertama) terdaftar sebagai mahasiswa mulai tahun 1921,
tapi dua bulan kemudian meninggalkan kuliah untuk bersatu dalam
perjuangan bangsanya. Baru tahun 1922 ia mendaftar kembali dan lulus
tahun 1926.
TH
Bandoeng sempat berganti nama di era kolonial Jepang menjadi Institute
Of Tropical Sciences (1942) dan Bandung Kogyo Daigaku (1944)
Era Kemerdekaan
Setelah
kemerdekaan, Bandung Kogyo Daigaku dibuka kembali dengan nama Sekolah
Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung). Terbentuk Senat Mahasiswa Fakultas
Teknik Bandung. Suasana revolusi menyebabkan kampus STT Bandung
mempunyai multifungsi. Gejolak bangsa saat itu membuat STT Bandung
merupakan kesatuan dari potensi SDM, ilmu dan teknologi, laboratorium
dan peralatan yang semuanya dikerahkan untuk perjuangan kemerdekaan.
Bulan Oktober 1945 didepan anggota KNIP, dicetuskan ikrar bersama
mahasiswa yang menyatakan tekad mahasiswa Indonesia untuk tidak sudi
kembali ke kampus selama kemerdekaan penuh bangsa Indonesia belum
tercapai.
STT
Bandung kemudian pindah ke Yogyakarta untuk kemudian bergabung dengan
beberapaa akademi dan sekolah tinggi membentuk Universitas Gadjah Mada
Era 1950an
Pada
masa ini, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di
Bandung masih dalam naunngan Universitas Indonesia. Saat itu
terbentuklah Dewan Mahasiswa UI Bandung yang beranggotakan
himpunan-himpunan mahasiswa teknik. Pada tahun 1955, lahirlah Dewan
Mahasiswa UI yang diketuai oleh Emil Salim yang kemudian menggabungkan
DM UI Bandung yang terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas Teknik dan
FIPIA.
1957
Deklarasi pembentukan Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI) di Aula Barat
sebagai wadah organisasi intra universitas seluruh Indonesia
2
Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
dipisahkan dari Universitas Indonesia menjadi Institut Teknologi
Bandung.
2
November 1960, berdasarkan persetujuan Senat Mahasiswa Departemen Ilmu
Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, serta Ilmu Kimia dan Ilmu Hayati,
terbentuklah Dewan Mahasiswa ITB yang diketuai oleh Piet Corputty. Dewan
Mahasiswa terdiri dari Sidang Dewan (Legislatif) dan Badan Pengurus
(Eksekutif). DM ITB saat itu lebih mengutamakan konsolidasi organisasi.
Namun karena adanya perjuangan membebaskan Irian Barat, maka DM ITB
mendukung penuh seruan tersebut dengan ikut serta mengirimkan
sukarelawan. Advokasi mahasiswa untuk menolak penggabungan ITB ke
Universitas Padjajaran yang baru berdiri.
1963
Pada kerusuhan 10 Mei 1963 yang berbau rasial, tokoh mahasiswa Muslimin
Nasution. Uniknya walaupun dalam tahanan, Muslimin terpilih sebagai
Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB. Konfrontasi antara DM ITB dengan
CGMI-GMNI yang berporos Nasakom. Saat itu DM ITB dijuluki ‘The Last
Stronghold’ oleh masyarakat anti-komunis.
1964
Pembangunan Masjid Salman dimulai. Pada Kongres MMI ke-IV di Malino,
Sulsel, DM ITB dikeluarkan dan terkucil dari pergaulan antar DM. Terjadi
kericuhan saat MAPRAM 1965.
1965
Peristiwa Gerakan 30 September, DM ITB dibawah pimpinan Rachmat
Witoelar menyatakan mengutuk peristiwa tersebut. Terbentuk KAMI Bandung
yang tidak hanya beranggotakan organisasis ekstra kampus, namun juga
organisasi intra kampus. Terbentuk juga Komite Aksi Pembersihan ITB
(KAPI), yang bertujuan membersihkan ITB dari pengaruh komunis.
1966
Perjuangan menegakkan Tritura. Pada bulan Februari 1966, KAMI Bandung
dipelopori DM ITB mengirim 200 mahasiswa untuk membantu mahasiswa
Jakarta yang terdesak akibat terbunuhnya Arief Rahman Hakim. Dipimpin
tokoh-tokoh seperti Rudianto Ramelan, Muslimin Nasution, Arifin
Panigoro, dan Fred Hehuat, KAMI Bandung melancarkan serangan-serangan ke
obyek-obyek vital seperti Deplu RI, Kedubes dan Konsulat RRC.
Perjuangan
Tritura menghasilkan pemerintahan baru yang lazim disebut ‘Orde Baru’.
DM ITB memberikan gelar Pahlawan Ampera kepada Fred Hehuat (Geologi) dan
Pasma Situmorang (Mesin) yang aktif berjuang menegakkan Tritura.
DM
ITB tidak hanya berdemonstrasi untuk menumbangkan rezim Orde Lama, saat
terjadi bencana banjir di Solo, DM ITB mengirim delegasi Misi Ampera
untuk membantu korban bencana.
Juni
1966 KM ITB terbentuk sebagai penyempurnaan dari DM ITB, terdiri dari
MPM (legislatif), DM (eksekutif), dan BPM (perwakilan ekstra kampus)
1968
Pernyataan sikap menolak adanya wakil-wakil mahasiswa di DPR Gotong
Royong karena mahasiswa tidak sepatutnya berpolitik praktis
1969 Advokasi kenaikan SPP mahasiswa.
1970
Dipelopori oleh Wimar Witoelar (Ketua Umum 1969-1970) dan Syarif Tando
(Ketua Umum 1970-1971), DM ITB menyerukan slogan back to campus untuk
kembali kemahasiswaan yang telah rusak akibat politik nasakom. Pendirian
Student Center dimulai, Unit-Unit kegiatan bermunculan, DM ITB
memelopori konsolidasi mahasiswa se-Asia Tenggara dalam pertemuan
ASEAUS. DM ITB juga mengadakan pekan olahraga mahasiswa Ganesha
Interversity Games. Gagalnya inisiasi National Union of Student of
Indonesia dilanjutkan dengan berdirinya Badan Kerja Sama Dewan/Senat
Mahasiswa se-Bandung (BKS DM/SM Bandung).
Usaha
depolitisasi ini sebenarnya hampir berhasil, hanya saja pihak penguasa
mulai menunjukkan gelagat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada
tanggal 6 Oktober 1970, terjadi insiden antara taruna Akpol dengan
seorang mahasiswa bernama Rene Louis Conraad (EL’70) yang mengakibatkan
tewasnya Rene. Insiden ini sebenarnya berawal dari tawuran antara taruna
Akpol dengan mahasiswa ITB akibat kalah dalam pertandingan sepak bola.
Karena peristiwa ini, saat upacara pemakaman Rene, DM ITB mengadakan
demontrasi dengan massa sepanjang 7 Km untuk menuntut pengusutan para
tersangka pengeroyokan.
1971 Protes DM ITB terhadap proyek Taman Mini Indonesia Indah.
1972 Protes DM ITB kepada Bulog yang dianggap tidak becus mengurusi pangan.
1973 Isu utang luar negeri yang tidak terkendali menjadi opini publik. Saat itu pengusaha Jepang dianggap Economic Animal oleh
masyarakat Indonesia akibat modal mereka yang mencengkeram ekonomi
nasional. Suatu pertemuan di bulan Desember 1973 di ITB yang dihadiri
antara lain oleh Muslim Tampubolon (Ketua Umum DM ITB) Hariman Siregar
(Ketua Umum DM UI) dan Adnan Buyung Nasution berhasil mengeluarkan sikap
untuk menolak utang luar negeri.
1974
Pertemuan 35 DM se-Indonesia tanggal 11 Januari atas undangan Hariman
Siregar untuk menemui Presiden Soeharto di Bina Graha. 4 hari kemudian
pecahlah peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari) yang pada awalnya
bertujuan mendemonstrasi PM Jepang Kakuei Tanaka malah berubah menjadi
huru-hara besar.
Sementara
itu mahasiswa Bandung berunjuk rasa di kampus UNPAD dengan membakar
patung Soedjono Hoemardani, Aspri Presiden Soeharto. Saat itu mahasiswa
Bandung mengeluarkan Tritura 1974 yang berbunyi: 1. Bubarkan Aspri, 2.
Turunkan Harga, 3. Tolak Utang Luar Negeri.
1974-1976 Konsolidasi organisasi DM ITB.
1977
Gerakan anti kebodohan, adalah suatu konsep mendasar untuk mengentaskan
pembodohan penguasa terhadap rakyat Indonesia. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah kemahasiswaan Indonesia, Ketua Umum DM dipilih dengan
sistem one student one vote secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
28
Oktober 1977, DM se-Indonesia berkumpul di Bandung untuk menyatakan
sikap menolak eksistensi Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Bersama
pelajar Bandung, DM se-Indonesia mengadakan aksi demonstrasi keliling
Bandung.
16
Januari 1978 Apel bersama 2000 mahasiswa ITB dipimpin Ketua Umum Heri
Akhmadi menyatakan ‘Tidak Mempercayai dan Tidak Menginginkan Soeharto
Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!”. Penerbitan Buku Putih
Perjuangan Mahasiswa 1978. Pembuatan buku putih ini dimotori oleh Rizal
Ramli, Ketua Dewan Mahasiswa. Penerbitan buku putih ini juga didukung
beberapa intelektual kampus seperti Prof. Iskandar Alisjahbana (Rektor
ITB) dan Prof. Slamet Iman Santoso (mantan Dekan Fakultas Psikologi UI).
21
Januari dan 9 Februari 1978 Kampus diserbu dua kali dan diduduki
militer 6 bulan lamanya. Mahasiswa lama dikumpulkan di lapangan basket
dan diusir, hanya mahasiswa angkatan ’78 yang boleh berkuliah. Terjadi
penembakan gelap di rumah Rektor ITB Prof. Iskandar. Laksusda Jawa Barat
memanggil Heri Akhmadi, Rizal Ramli, Indro Tjahjono, Al Hilal Hamdi,
dan Ramles Manampang Silalahi untuk kemudian diadili dan dipenjara.
Normalisasi Kehidupan Kampus diberlakukan, DM se-Indonesia dibubarkan,
pemerintah mengajukan konsep SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi)
sebagai pengganti Dewan Mahasiswa, namun ditolak karena terlalu kuatnya
intervensi pemerintah dan birokrasi kampus pada organisasi tersebut.
1979
Pembentukan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) sebagai organ
operasional kebijakan NKK disikapi dengan penolakan mahasiswa ITB.
Akibatnya lembaga ini tidak pernah jelas eksistensinya.
1979-1982
Tekanan kuat dari Rektorat untuk membubarkan DM dengan surat ancaman DO
untuk setiap Ketua Umum terpilih. Buku Biru diterbitkan sebagai
lanjutan penerbitan Buku Putih.
1982
Dipelopori oleh 22 Ketua Himpunan dan 44 Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa,
Dewan Mahasiswa ITB akhirnya membubarkan diri, kaderisasi dan cita-cita
DM dikembalikan ke himpunan masing-masing sebagai kantung gerakan.
Suatu saat himpunan tersebut siap dipanggil untuk bersatu kembali. Forum
Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ) terbentuk sebagai wadah koordinasi
gerakan antar himpunan jurusan dan Badan Koordinasi Unit Aktivitas
(BKUA) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar unit kegiatan.
FKHJ dipimpin oleh Hendardi (Ketua HMS) dan Umar Juoro (Ketua HIMAFI).
Pada masa ini juga muncul kelompok-kelompok studi mahasiswa.
1983 Demonstrasi menentang rally mobil yang mewabah saat itu, karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi bangsa.
1985 Demonstrasi menyambut PM Inggris Margareth Thatcher.
1986
Demonstrasi menyambut Presiden Francois Mitterand dengan memotong
kepala bebek sebagai perlambang agar bangsa Indonesia jangan membebek
pada bangsa Barat.
1987
Protes kepada Kedubes Perancis akibat adanya teror kelompok ‘Skinhead’
terhadap mahasiswa Indonesia. Terbentuknya Presidium FKHJ yang dpimpin
oleh Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman. Terbentuk pula Badan Koordinasi
Mahasiswa Bandung sebagai wadah gerakan mahasiswa Bandung.
1988 Mimbar bebas pada hari pahlawan, aksi anti helm, intifadah
1989
Aksi-aksi menentang pembebasan tanah dengan semena-mena di Kacapiring,
Cimacan, Kedung Ombo, dan Badega. Longmarch Bandung-Badega oleh
mahasiswa ITB untuk menghalangi buldoser yang akan mengeksekusi tanah
Badega. Pada tanggal 5 Agustus 1989 terjadi insiden dalam acara
Penataran P-4 oleh Mendagri Rudini. Saat itu beberapa mahasiswa akan
menangkap Mendagri karena dianggap bertanggung jawab membawahi
pemerintah lokal yang berkolusi dengan penguasa. 11 orang ditangkap dan 6
diantaranya dipenjarakan, diantaranya Fadjroel Rachman, Jumhur Hidayat,
Enin Supriyanto.
1990 Keluar surat dari Mendikbud Fuad Hasan yang meminta didirikannya SMPT di seluruh Indonesia.
1992
OSKM diadakan kembali atas dasar permintaan Rektorat untuk melakukan
penyambutan dan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru angkatan 1992.
Terbentuknya Forum Aktivis Lemabaga Mahasiswa yang beranggotakan aktivis
mahasiswa se-Jawa Madura dan Bali.
1993 Referendum pembentukan Lembaga Sentral Mahasiswa.
1994 Advokasi terhadap dua fungsionaris HMFT yaitu Yos Alfa dan Melyana (FT’90)
1995 OSKM’95 berlangsung dengan tema ‘Pahlawan dari Rakyat yang tertindas’
20 Januari 1996 Kongres, FKHJ dan BKSK mendeklarasikan berdirinya kembali KM ITB.
Maret
1996 Keluar surat edaran dari PR III yang meminta nama lembaga sentral
mahasiswa adalah Senat Mahasiswa ITB, yang ditanggapi dingin oleh
mahasiswa. PR III yang baru mengadakan manuver dengan mengadakan
registrasi terhadap seluruh organisasi mahasiswa. 5 Himpunan yaitu
HIMATEK, GEA, HMT, PATRA, dan HMP disegel karena menolak registrasi.
Selain itu karena terjadi kasus Zaki T.L (FI’95) yang meninggal setelah
melewati OS di HIMAFI (PPAM) dan mengakibatkan sanksi DO bagi Budi
(Ketua PPAM) dan Ridjal (Ketua HIMAFI), OSKM dilarang.
April 1996 Deklarasi kesatuan gerakan mahasiswa Bandung
1996-1997
Berbagai forum diadakan untuk mendirikan lembaga sentral mahasiswa
antara lain forum TVST, PILT, dan BPI. Tidak dihasilkan kesepakatan
mengenai bentuk organisasi kemahasiswaan. Forum BPI diketuai oleh Haru
Suwandharu (BI’93, Ketua HIMABIO ‘Nymphaea’). Dan Forum TVST diketuai
oleh Vijaya Vitrayasa (MS’94, Kepala GAMAIS)
1998
FKHJ membentuk Satgas KM ITB untuk Reformasi yang diketuai oleh Depi
Rustiadi (TG’94) dan Widdy (PL’95) sebagai Sekjen. Satgas ini berperan
penting dalam ‘Deklarasi Ciganjur’ yang menyepakati bahwa kepemimpinan
nasional harus segera diganti. Dibentuk juga Tim Beasiswa KM ITB untuk
melaksanakan program beasiswa dari, oleh dan untuk mahasiswa. Selain itu
Muker 7-10 Juni di Ciwidey menghasilkan Konsepsi dan AD/ART KM ITB.
Pemilu dilangsungkan pada bulan Oktober dan Vijaya Vitrayasa (MS’94)
keluar sebagai pemenang atas Ahmad Shalahudin (TI’94), Khalid Zabidi
(SR’93) dan Heldy (FT’94).
Kepengurusan
periode ini juga diwarnai dengan 2 surat pernyataan himpunan ( HMT
& HME ) yang yang secara meminta kongres memberikan memorandum
kepada Presiden
KM ITB karena kinerjanya yang dianggap tidak memuaskan. Komunikasi
dengan lembaga2 kemahasiswaan di dalam kampus memang menjadi masalah
terbesar yang dihadapi kabinet.
Terlalu
lamanya kemahasiswaan ITB tidak dipayungi lembaga terpusat menyebabkan
kurangnya rasa butuh terhadap KM ITB apalagi ditambah dengan konsepsi
kemahasiswaan terpusat (Konsep KM ITB) yang tidak tersosialisasi dengan
baik ke seluruh mahasiswa.
1999 Gerakan Lumbung Kota sebagai bentuk kepedulian mahasiswa akan langkanya barang kebutuhan pokok.
Agustus 1999 Peserta OSKM’99 melakukan aksi SINDU (Studi dan Implementasi Desa Terpadu) di Cipatat.
Oktober
1999 Kontroversi mengenai kinerja Kabinet pertama mengakibatkan Vijay
dipercepat jabatannya dan diganti Caretaker. Pemilu kedua diadakan dan
menghasilkan pemenang Sigit Adi Prasetyo (IF’95) mengalahkan Nurul Wajah
Mujahid (KL’95), Zaid Perdana (TL’96), Dedi Apriadi (GL’97) dan Iqbal
Alfajri (DS’96) Puncaknya adalah pernyataan bersama 15 himpunan pada
saat pelantikan presiden KM ITB yang kedua ( November 99) yang isinya
adalah memberikan memorandum kepada kabinet untuk memperbaiki
kinerjanya.
Februari
2000 Pertama kali diadakannya Olimpiade KM ITB dimana HMT keluar
sebagai juara umum. Sempat terjadi insiden pembakaran jas almamater
akibat adanya sponsor rokok ‘A Mild’ yang dianggap telah menjual
kemahasiswaan ITB.
Agustus 2000 OSKM kali ini adalah OSKM dengan peserta terkecil jumlahnya (400an peserta) akibat ilegal.
Oktober
2000 Akibat terlalu larutnya Kongres dalam membahas amandemen AD/ART,
panitia pelaksana Pemilu 2000 terbentuk 2 Minggu sebelum tanggal
turunnya Presiden Sigit. Panpel yang dipimpin Safari (TK’97) terus
mengulur-ulur waktu. 6 kandidat antara lain Zaid Perdana (TL’96), Andri
Dwi Setiawan (PN’96) Muhammad Iqbal (GL’96), Muhammad Lutfi (TI96), Dedi
Apriadi (GL’97) batal mengikuti pemilu. Akhirnya bulan November 2000,
Kongres mengeluarkan ketetapan perpanjangan jabatan Presiden selama 6
bulan sampai Maret 2001.
Januari
2001 KM ITB menggulirkan isu Buloggate dan Bruneigate untuk menjatuhkan
Presiden Abdurrahman Wahid. Sementara itu FKHJ mulai menggulirkan isu
penggulingan Presiden Sigit.
10
Maret 2001 Dimotori oleh IMG, HIMAFI, PSIK, Veritas dan Komunitas
Ganesha 10, FKHJ melakukan pendudukan terhadap Sekretariat KM ITB. FKHJ
menyatakan penonaktifan Kongres dan Kabinet KM ITB serta mengambil
kekuasaan legislatif dan eksekutif. Selain itu FKHJ juga membentuk tiga
Badan Pekerja yaitu Panitia Pemilu untuk mengadakan pemilu legislatif
secepatnya, Panitia OSKM 2001, dan Panitia Muker untuk mengamandemen
AD/ART. Pemilu legislatif berhasil memilih senator berbasis massa
himpunan, Kongres kali ini dipimpin oleh Dedi Suryadi (PL’97). Karena
dimulainya era otonomi kampus, Kongres memutuskan mengirimkan Anggota
MWA wakil mahasiswa Rian Ramadian Nugraha (IF’97).
Agustus
2001 OSKM kali ini dipimpin Dinar Maulana (IMG’98). Sebelumnya sempat
terjadi insiden pemukulan terhadap pihak yang mendiskreditkan salah
seorang petinggi OSKM.
Oktober
2001 Pemilu kali ini tercatat dalam sejarah KM ITB sebagai Pemilu
dengan kandidat terbanyak (7 orang). Akbar Hanif Dawam Abdullah (PN’98)
terpilih sebagai Presiden mengalahkan Dedi Apriadi (GL’97), Armenda
(SI’97), Adiq Ahmadi (MT’97), Roy Baroes (GM’97), Edison Situmorang
(EL’97), sedangkan Khairul Anshar (FI’98) mengundurkan diri sebelum
pemungutan suara.
Desember 2001 Pertemuan BEM se-Bandung Raya di kampus ITB.
Maret
2002 Alga Indria (DS’98) menjadi pemenang pemilu KM ITB mengalahkan
Abdi Robbi Sembada (SI’98), Dwi Lesmana (PL’99), M. Hanif (TI’98), dan
Andy Hartono (TK’98).
Agustus
2002 Setelah sekian lama, akhirnya OSKM dinyatakan legal oleh rektorat,
acara Swasta ditiadakan, dan metode kekerasan diganti dengan metode
disiplin. OSKM kali ini diketuai oleh Ahmad Mukhlis Firdaus (HMS’99).
Selain itu pertama kali dalam sejarah KM ITB diadakan acara Open House
Unit yang bertujuan membuka rekrutmen terbuka untuk Unit Kegiatan
Mahasiswa.
1-2 Februari 2003 Pertemuan BEM Nasional di ITB
Maret
2003 Ahmad Mustofa (TK’99) menjadi Presiden kelima mengalahkan
Saifullah (SI’99), dan Hendro (TA’99). Sementara itu Adi Nugroho (FI’99)
mengundurkan diri sebelum pemungutan suara. Pemilu Anggota MWA Wakil
Mahasiswa menghasilkan Fantri Azhari (MS’99) sebagai pemenang.
Mei 2003 Aksi longmarch Bandung-Jakarta untuk memperingati 5 tahun reformasi.
Juni
2003 Aksi penolakan USM-PMBP yang dianggap sebagai jalan komersialisasi
kampus. Saat itu terbentang spanduk ‘Selamat Datang Putra-Putri
Termahal Bangsa’ untuk menyambut calon mahasiswa baru 2003. Isu ini
sempat menjadi isu nasional bersama PT BHMN lain.
Juli 2003 Aksi 1500 massa BEM Bandung Raya menuntut turunnya Mega-Hamzah. Peluncuran “Selamatkan Indonesia” oleh KM ITB.
Agustus
2003 OSKM diketuai oleh Anwar Rustanto (HMM’00). Pada acara penutupan
terjadi kericuhan antara panitia dengan swasta akibat insiden mengenai
lagu kampus.
Desember 2003 pembentukan Satuan Tugas Penyikapan Pemilu RI 2004 yang diketuai oleh Otep Kurnia (MA’99).
Februari
2004 ITB Fair diadakan pertama kalinya di kampus ITB dengan tujuan
memasyarakatkan teknologi. Aksi menolak Dialog Calon Presiden oleh PSIK
yang mengundang Prabowo Subianto. Aksi ini dilakukan Kabinet bersama
HMD.
Program Desa Binaan sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat KM ITB
Maret
2004 Pemilu KM ITB tercatat sebagai Pemilu dengan kandidat tersedikit
yaitu Anas Hanafiah (EL’00) dan Oskar Pariang Pakpahan (GM’00). Sempat
terjadi kericuhan akibat hilangnya dua kotak suara. Anas memenangkan
pemilu dan menjadi Presiden keenam.
April
2004 Aksi pembakaran ban oleh Kabinet bersama Satgas Pemilu KM ITB
akibat pengambilalihan acara ‘Kupas Tuntas’ Capres RI Amien Rais oleh
Rektorat. Kabinet juga mengadakan aksi menolak kedatangan Siswono
Yudohusodo karena dianggap sebagai bagian dari rezim Orde Baru.
Juli
2004 Aksi menolak hasil Pemilu 2004 akibat banyaknya indikasi
kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Bersamaan dengan aksi tersebut,
Student Center diratakan dengan tanah untuk diganti dengan Campus
Center.
Agustus
2004 OSKM kali ini diketuai Goris Mustaqim (SI’01). Pada saat acara
OHU, beberapa mahasiswa melakukan aksi pembakaran Jas Almamater dan
bendera KM ITB sebagai bentuk keprihatinan terhadap matinya dunia
kemahasiswaan. Aksi ini ternyata berbuntut panjang sehingga disepakati
akan membentuk Forum Rembug Mahasiwa. Forum ini menyepakati bahwa
Kabinet dan Kongres harus memperbaiki kinerjanya, adanya kaderisasi
berjenjang, dan Himpunan akan mengirim senator.
September
2004 Terdapat beberapa selebaran yang bertuliskan mengenai permohonan
maaf seseorang yang dianggap melakukan penghinaan agama. Pada bulan ini
juga muncul insiden Class Aksutik ‘A Mild’ yang menghadirkan Marcell dan
Dygta. KM ITB menyatakan menolak acara tersebut selain tidak jelas
manfaatnya bagi mahasiswa, acara ini juga menggunakan sponsor rokok.
Oktober
2004 KM ITB menginisiasi sebuah acara besar bertajuk ‘Gema Nusa’
(Gerakan Membangun Nurani Bangsa) di lapangan silang Monas dengan
menghadirkan Presiden RI terpilih Susilo Bambang Yudhoyono.
10
Desember 2004 Kedatangan Dr. Anwar Ibrahim untuk mengisi seminar
“Perkembangan Demokratisasi Di Asia” disambut hangat mahasiswa ITB.
31 Desember 2004 Aksi peduli bencana tsunami Aceh bersama BEM Unpad. Aksi ini diadakan saat pergantian tahun 2004 ke 2005
Januari 2005 Pengiriman relawan ke Aceh.
Februari
2005 Aksi penolakan kenaikan BBM, KM ITB mengadakan aksi dengan motor
sampai ke Lapangan Tegallega. Penolakan kenaikan harga BBM ini juga
diikuti oleh aksi mogok makan oleh Sandra, Wira, Agus, dan Ramses di
gerbang Selatan ITB.
Terlaksananya OS Gabungan yang diketuai Fitrah Dinata (SI’02)
Maret 2005 Olimpiade ke-III KM ITB dimenangkan oleh IMG.
April
2005 Muhammad Syaiful Anam (EL’01) terpilih sebagai Presiden ketujuh.
Pemilu kali ini sebenarnya diikuti tiga kandidat yaitu Anam, Wiyono
(TA’01) dan Ramses (TG’01) namun Ramses didiskualifikasi oleh Panitia.
21 Mei 2005 Launching gerakan ‘Kampus Cerdas’ untuk mengurangi budaya mencontek di mahasiswa ITB.
Juni
2005 Fitrah Dinata terpilih sebagai Ketua OSKM 2005. Rektorat menolak
nama OSKM dan mengganti dengan nama PSAK (Pengenalan Satuan Akademik dan
Kemahasiswaan).
17
Agustus 2005 tepat pada saat peringatan 60 tahun Indonesia Merdeka, KM
ITB mengadakan aksi keprihatinan mengenai tingginya jumlah mahasiwa yang
di-DO setiap awal tahun akademik. Hal ini menunjukkan belum beresnya
sistem pendidikan di ITB.
September
2005 Keluar surat edaran Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan mengenai
pelarangan kaderisasi bagi 2005 yang disikapi beragam oleh
himpunan-himpunan. Saat itu juga KM ITB menggulirkan isu tolak kenaikan
BBM yang rencananya dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2005.
1
Januari 2006 ART ITB disahkan oleh MWA. Poin kontroversial dalam ART
ini adalah adanya pengaturan mengenai struktur baru kemahasiswaan
sebagai implikasi perubahan sistem di ITB. KM ITB mengeluarkan surat
menyatakan menolak implementasi ART ITB yang merugikan mahasiswa.
Februari
2006 Program Keroyok Kampus oleh Presiden Anam, saat itu kampus ITB
diramaikan oleh acara-acara KM seperti Bedah Buku ‘Confessions of an
Economic Hitman’, Pekan Baca Tulis, SIMS, ITB Fair, Pesta Rakyat, dll.
Maret
2006 Pemilu kali ini diikuti oleh enam kandidat yaitu Dwi Arianto
Nugroho (TK’02), Andi M. Adiwiarta (GM’02), Syahfitri (KI’02),
Hendrajaya (IF’02), Indira (IL’02), dan Kisko (FI’03). Sempat terjadi
kericuhan karena adanya kesalahan teknis Panpel dan kandidat menganggap
panitia tidak konsisten dalam menerapkan aturan pemilu. Semua kandidat
mengundurkan diri kecuali Dwi dan Syahfitri. Hampir semua Himpunan
menyatakan pemilu gagal. Pemilu akhirnya diulang dan diikuti oleh Dwi,
Syahfitri, Andi, dan Jaya, serta calon baru M. Luthfi (FT’03).
April 2006 Dwi Arianto Nugroho memenangkan pemilu dan menjadi Presiden kedelapan.
Mei
2006 KM ITB menginisiasi gerakan peduli sampah Kota Bandung. Di akhir
bulan juga KM ITB mengirim tim relawan bencana gempa bumi di Yogyakarta
dan Jawa Tengah.
Juni 2006 Zam Zam Badruzaman (HIMAFI’03) terpilih sebagai Ketua OSKM 2006
20-21
Agustus 2006 Kontroversi soal legalitas OSKM 2006 berakhir dengan
terlaksananya OSKM 2006 hanya dalam dua hari. Peserta OSKM 2006 adalah
peserta dengan jumlah terkecil sepanjang sejarah, 136 orang. OSKM
kemudian ditutup dengan aksi masuk kampus dengan peserta ratusan
mahasiswa ITB.
November 2006 Seminar Nasional yang diisi oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat Bandung
Januari 2007 Rangkaian Seminar dan Workshop “Sekantor” atau Sekolah Anti Korupsi diakhiri dengan perayaan ulang tahun KM ITB.
Februari 2007 Olimpiade ke-IV menghasilkan MTI sebagai juara umum.
Maret 2007 Pemilu KM ke-8 menghasilkan Zulkaida Akbar (FI’03) sebagai Presiden, mengalahkan Army Alghifari (MS’04).
7 April 2007 Kedatangan Wapres Jusuf Kalla yang mengakibatkan tertutupnya kampus untuk mahasiswa dan dosen.
Juni
2007 Kasus kecelakaan motor pasca syukuran Kaderisasi KMSR 2006
mengakibatkan turunnya surat ancaman skorsing bagi Presiden KMSR, Ketua
Kaderisasi, dan Ketua Angkatan 2006. Selain itu juga ada ancaman
pembekuan KMSR. Kabinet bersama himpunan-himpunan memutuskan untuk
menolak sanksi tersebut dan melakukan aksi massa di gedung Rektorat.
Agustus-September
2007 Rangkaian acara Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2007 yang
diketuai Agung Thaufika (HIMATIKA’04) sukses dalam melakukan pengenalan
kehidupan kampus kepada mahasiswa baru 2007.
16
November 2007 Aksi penolakan terhadap alumni yang dianggap mencoreng
nama almamater oleh Gabungan Aksi Mahasiswa (GAM) ITB yang sesuai dengan
momentum Kongres Ikatan Alumni ITB dan terseretnya nama Laksamana
Sukardi, Ketua Umum IA Pusat sebagai tersangka kasus korupsi di
Pertamina.
They’ve made their history, now it’s time to us to make our history!
Inilah Pimpinan-Pimpinan Mahasiswa ITB
Era Dewan Mahasiswa ITB
1960-1962 Piet Corputty
1962-1963 Udaya Hadibroto
1963-1965 Muslimin Nasution
1965-1967 Rahmat Witoelar
1967-1968 Purwoto Handoko
1968-1969 Sarwono Kusumaatmadja
1969-1970 Wimar Witoelar
1970-1971 Syarif Tando
1971-1972 Sjahrul
1972-1973 Tri Herwanto
1973-1974 Muslim Tampubolon
1974-1975 Prasetyo Sunaryo
1975-1976 Daryatmo, Ivan Isaq, Muhammad Najib, Khairullah Harun
1976-September 1977 Kemal Taruc (dijatuhkan MPM)
September-November 1997 Caretaker Presidium: Al Hilal Hamdi, Muhammad Iqbal, Sukmadji Indro Tjahyono, Ramles Manampang Silalahi
1977-1978 Heri Akhmadi
Desember
1978-Maret 1979 Caretaker Presidium: Faletehan Siregar, Herdi Waluyo,
Indra Cahya, Jusman Syafii Djamal, Mathias Thoib, Sugeng Setiadi
1979-1980 Aussie Gautama
1980-1981 Iwan Basri
1981-1982 Agus Suroto (sekaligus Ketua MPM ITB)
Era Forum Ketua Himpunan Jurusan ITB
1982 Hendardi, Umar Juoro
1986 Syahganda, Ucok Lubis
1987 Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman, Amarsah, Theodorus Ondos Koekeritz, Didi Yakob
1988-1989 Yaya, Bambang
Era Keluarga Mahasiswa ITB
1996-1998 Hafiz (SC Pendirian KM), Yan Ardiansyah (Ketua Kongres)
1998-1999 Vijaya Vitrayasa
1999-Maret 2001 Sigit Adi Prasetyo
Oktober 2001-Maret 2002 Akbar Hanif Dawam Abdullah
2002-2003 Alga Indria
2003-2004 Ahmad Mustofa
2004-2005 Anas Hanafiah
2005-2006 Muhammad Syaiful Anam
2006-2007 Dwi Arianto Nugroho
2007-2008 Zulkaida Akbar